Ibarat menyusun pasel bersama. Butuh kerja sama dan ketekunan suami istri agar perkawinan tetap sehat.
Perkawinan yang harmonis bukan berarti tak pernah mengalami konflik. Jadi, kalaupun muncul pertengkaran di antara suami istri, jangan buru-buru menghakimi perkawinan mereka tidak sehat. Bedanya, konflik yang muncul mereka manfaatkan sebagai sarana untuk memahami pola pikir pasangan. Perkawinan pada hakikatnya merupakan kerja sama yang berlangsung terus-menerus antara suami dan istri.
Kerja sama inilah yang membuat mereka tak semestinya saling bersaing guna menunjukkan siapa di antara mereka yang lebih unggul. Memasuki perkawinan juga bukan berarti bisa mengubah pribadi pasangan sesuai keinginan kita. De facto, masing-masing pribadi tetap merupakan individu unik yang memiliki pikiran bebas dan berhak atas dirinya. Berikut 10 tanda perkawinan sehat:
1. Saling Percaya
Saling percaya merupakan modal awal sekaligus yang utama agar perkawinan langgeng. Keluarga harmonis lebih mengutamakan mengomunikasikan masalah yang dihadapi dengan pasangan dan bukan mengobralnya ke khalayak.
2. Bersikap Spontan dan Terbuka
Tak ada keraguan sedikit pun untuk mengemukakan uneg-uneg alias selalu terbuka. Dengan demikian pasangan pun akan dapat lebih memahami aspirasi masing-masing. Tentu saja pilih waktu yang tepat untuk menyampaikan ganjalan hati ini. Selanjutnya, tinggal mencari solusi yang pas, menguntungkan sekaligus membahagiakan kedua belah pihak.
Yang tak kalah penting adalah spontanitas dalam mengekspresikan kasih sayang dan kehangatan cinta. Pasalnya, dua hal ini pegang peran penting dalam menjaga kemesraan suami-istri. Jangan sampai kesibukan kerja di kantor dan urusan rumah tangga yang seolah tiada habisnya dijadikan sebagai alasan untuk lupa mendaratkan kecupan mesra pada pasangan. Bahkan tak ada salahnya sesekali bikin kejutan. Tak perlu mahal, misalnya bernostalgia menikmati jajanan di rumah makan favorit semasa pacaran.
3. Tertawa dan Senang-Senang Bersama
Mampu berbagi kebahagiaan dan kesedihan bersama menandakan relasi yang sehat. Tertawa lepas bersama atau sekadar bergurau di kala senggang bisa menjadi sumber energi positif dalam perkawinan. Setidaknya masih memiliki waktu untuk bermain atau sekadar melakukan aktivitas bersama. Tak hanya bisa tertawa bersama, suami/istri juga mesti mampu berbagi kesedihan dengan pasangan.
4. Menikmati Kebersamaan
Pasangan dapat menjadi teman akrab untuk berbagi aneka kegiatan bersama. Tak sebatas menjalani aktivitas tersebut secara terpaksa, namun benar-benar menikmatinya. Jadi, bukan berarti mereka melewatkan banyak waktu berdua hanya karena takut berada sendirian. Poin ini bisa Anda jadikan materi untuk menguji diri, apakah Anda masing-masing masih termotivasi untuk meluangkan waktu agar bisa berdua-duaan?
KOMENTAR