Ternyata, rumah yang kita tinggali bisa menjadi sumber penyakit. Siapa sangka penyebabnya justru karena perilaku para penghuninya.
Sering, kan, kita dengan seenaknya saja membiarkan sampah teronggok di sudut dapur, sehingga mengundang lalat datang. Bukan tidak mungkin kemudian lalat hinggap di atas makanan yang akan kita santap bersama. Alamak, ya, jangan salah kalau kemudian satu dua penghuni ada yang sakit perut.
Menurut Dr.H. Adi Tagor, SpA, DPH, perilaku meremehkan tidak lain karena memang kurangnya pengetahuan penghuni -dalam hal ini orang tua- tentang ilmu kesehatan yang paling dasar. Sampai saat ini, terang Staf Medik Pediatri RS Pondok Indah ini, kecenderungan masyarakat lebih menyerahkan urusan kesehatan pada dokter. Seolah-olah kesehatan itu hanya berlaku jika sakit. Tak heran jika tingkat kesadaran kita masih sangat konsumtif, ya. Semisal, bila anak sakit segera ke dokter. "Sementara orang tua tidak belajar banyak mengenai ilmu kesehatan dasarnya sendiri. Terutama soal perawatan dan pencegahan."
Padahal, Bu-Pak, kesehatan itu, kan, mutlak menjadi tanggung jawab pribadi untuk menjaganya sehingga diperlukan pengetahuan tentang kesehatan dasar pada setiap orang. Bahkan, anak kecil pun seharusnya sudah bisa mengetahui dan memahami. Semisal, kalau jajan sembarangan bisa mengakibatkan sakit perut karena kebersihannya tidak terjaga. Bila kita tidak cuci tangan sebelum makan akan memungkinkan kuman-kuman dalam kuku ikut tertelan. Akibatnya, mungkin saja kita jadi sakit perut atau diare. Kalau malas gosok gigi bisa mengakibatkan gigi berlubang, dan seterusnya.
ANCAMAN DARI DALAM RUMAH
Nah, Bu-Pak, karena perilaku kita yang jorok, mau tak mau berbagai penyakit pun mungkin muncul bersumber dari kondisi rumah yang tak sehat. Padahal kita tahu rumah sebenarnya berfungsi sebagai pelindung atau benteng manusia dari ancaman alam, seperti hujan, terik matahari, binatang buas dan berbagai penyakit. Selain tentu saja menjadi tempat beristirahat dan berkumpul bersama keluarga setelah seharian beraktivitas.
Ancaman yang bersumber dari dalam rumah ini tak main-main, lo. Dari infeksi, kecelakaan (keracunan, tersengat listrik, benda tajam), sampai pencemaran lingkungan.
Infeksi dari dalam rumah bisa terjadi melalui beberapa kontak; makanan, sumber air, dan kontak antar penghuni rumah. Misal, satu orang sakit flu, yang lain tertular.
Begitu pula dengan keracunan. "Mungkin saja makanan dan minuman yang dibuat terkontaminasi zat-zat tertentu atau memang bahan-bahannya sudah kadaluarsa." Bisa juga media yang digunakan sebagai tempat makanan dan minuman tidak higienis.
Sedangkan pencemaran lingkungan terjadi, salah satunya akibat tidak ada manajemen limbah rumah tangga. Misal, saluran pembuangan limbah rumah tangga mengalir begitu saja keluar rumah. Kemudian septik tank tidak dibuat sesuai aturan sehingga memungkinkan terjadi "percampuran" sumber air bersih dengan limbah buangan tersebut.
PENGARUH LINGKUNGAN
Sebaliknya, rumah pun bisa menjadi sumber penyakit bila lingkungan di sekitarnya tidak menunjang. "Rumah, kan, sebuah benda buatan yang berada di dalam set up lingkungan alam yang telah ada di situ." Dengan kata lain keberadaan rumah sangat tergantung pada lingkungan disekitarnya. Tak heran bila banyak orang sangat memperhatikan sekali hong sui (sebuah filosofi Cina yang mengajarkan keserasian dengan alam). "Hal itu dibenarkan karena rumah berkaitan dengan lingkungan alam sekitar."
Jadi, Bu-Pak, akan sulit menciptakan rumah sehat bila alam sekitar tidak menunjang keberadaan rumah kita, sebagus apapun rumah tersebut. "Ibaratnya keberadaan rumah akan berbanding lurus dengan alam sekitarnya." Misalnya, rumah pun bisa menjadi sumber penyakit akibat polusi lingkungan atau alam sekitar; udara, air dan tanah yang menjadi media penghantar penyakit yang masuk ke dalam rumah.
Nah, bila kita menginginkan rumah sehat atau tak menjadi sarang penyakit, maka upayakan rumah agar serasi dengan lingkungan. Lakukan dengan berbagai cara; memiliki pekarangan luas yang ditanami berbagai macam tanaman. "Selain sebagai penghias atau pemanis, tanaman berfungsi juga sebagai filter polusi; polusi udara yang dikeluarkan kendaraan bermotor akan tersaring terlebih dulu oleh tanaman tersebut sebelum masuk ke dalam rumah."
Kesimpulannya tak mahal, ya, membuat rumah sebagai ketahanan pertama kesehatan keluarga. Kuncinya justru terletak pada kita sebagai penghuni rumah. Setuju, kan?
MENJAMIN KENYAMANAN DI RUMAH
Bila kita menginginkan rumah higienis, aman, nyaman dan sehat untuk ditinggali, sebaiknya perhatikan tips dari Adi Tagor berikut ini:
1. Kamar Tidur
Tempat kita istirahat melepas lelah ini harus menjadi bagian terpenting dalam perawatan. Sebab di kamar tidur bersarang berbagai sumber penyakit, seperti tungau dan debu yang lebih berbahaya dibandingkan kecoa dan tikus karena tak kasat mata.
Karena itu, Bu-Pak, kita harus sesering mungkin general cleaning, minimal dua minggu sekali. "Pokoknya semua benda yang ada di kamar tidur harus dibersihkan tanpa kecuali." Bahkan, sapu dan pel sampai ke bagian-bagian tersembunyi seperti kolong tempat tidur, lemari, dan meja.
Jangan lupa mengganti dan mencuci sprei, sarung bantal guling, selimut, bed cover. Selain itu, jemurlah kasur, bantal, guling di bawah terik matahari agar bisa mengusir tungau dan jamur.
2. Perabotan rumah tangga
Lakukan perawatan dengan selalu mengelapnya setiap hari. Perlatan memasak dan makan sebaiknya disimpan di dalam lemari tertutup rapat sehingga menutup kemungkinan masuknya kecoa dan tikus. Cuci atau minimal mengelapnya kembali setiap kali akan digunakan.
3. Kamar mandi
Tak berbeda dengan kamar tidur, minimal 2 kali seminggu kamar mandi dibersihkan. Kuras bak mandi, sikat bagian lantai dan dindingnya. Jangan terlewat membersihkan perlengkapan kamar mandi, seperti rak handuk, tempat sabun dan sikat gigi.
4. Dapur
Menjadi tempat nomor satu sumber penyakit dalam rumah. Tahu sendiri, kan, di dapur memungkinkan hidup aneka binatang kecil, dari kecoa, lalat, dan tikus. Apalagi dapur pun merupakan "penghasil" limbah keluarga. Bukan cuma berbau tak sedap, tapi juga bisa membusuk sehingga secara tak langsung dapat menimbulkan diare. Karena itu sampah dapur harus dibuang dan dibersihkan minimal 12 jam sekali. Karena bila membusuk akan mengeluarkan zat kimia. "Nah, bila terhirup penghuni rumah bisa mengiritasi paru-paru atau mengganggu saluran napas."
Selain itu, dapur, kan, menjadi "pabrik" makanan keluarga. Otomatis akan menghasilkan polusi udara yang bisa menimbulkan gangguan pernapasan dan mata. Tak heran bila sirkulasi dapur harus lebih baik dari tempat lain. "Sebaiknya menggunakan exhaust untuk menyedot udara dari dalam agar bisa keluar cepat dan lancar."
Karena itu, daerah ini harus memperoleh perawatan khusus. Bersihkan dua kali sehari, pagi dan sore. Atau bersihkan setiap kali selesai menggunakannya. Pembersihan meliputi lantai, dinding, meja, dan aneka peralatan memasak. "Pendek kata, dapur harus benar-benar terbebas dari gangguan binatang bukan peliharaan tapi selalu berada di rumah."
5. Atap dan loteng
Bersihkan daerah atap dan loteng 6 bulan sekali. Begitu juga dengan ventilasi di loteng. Tujuannya agar udara yang masuk kembali bersih.
6. Ventilasi
Bersihkan sebulan sekali karena ventilasi merupakan jalan keluar masuk udara. Tujuannya agar udara yang dihirup para penghuni rumah terjamin kebersihannya. Jadi, ventilasi pun berfungsi sebagai filter (penyaring udara). Ingat, lo, bagaimana kita bisa menghirup udara bersih dan sehat bila tempat keluar masuk udaranya saja telah kotor. "Salah-salah udara kotor dari luar akan bertambah kotor lagi karena membawa kotoran dari ventilasi."
7. Air Conditioner (AC) & kipas angin
AC akan berjamur bila tidak memperoleh perawatan yang benar. Akibatnya bisa menimbulkan gangguan saluran pernapasan. "Juga bisa timbul gangguan kulit, bahkan kanker kulit." Karena itu, lakukan pembersihan secara berkala tiga bulan sekali oleh tenaga ahli.
Kipas angin pun kerap menimbulkan gangguan pernapasan bila baling-baling kipas tidak pernah dibersihkan. Debu, kan, bisa menumpuk di situ, sehingga pada saat kipas berputar, debu akan berterbangan ke mana-mana, kemudian terhirup anak-anak.
8. Sumber air
Menurut Adi, sumber air terbaik adalah sumber air artesis. Diluar itu, tambahnya, bisa dipastikan telah tercemar limbah manusia; dari septik tank. Memang pembuatan sumber air artesis cukup mahal. Tapi, kata Adi, kita bisa mengatasinya dengan menjadi pelanggan PDAM atau air mineral.
Bisa jadi sebuah rumah sudah mendesain jarak septik tank dengan sumber air sumur minimal berjarak 6 meter. Tapi, bagaimana jarak sumber air kita dengan septik tank tetangga kiri kanan? "Bisa dipastikan kurang dari ukuran ideal. Akibatnya, bila anggota keluarga tetap mengkonsumsi air tersebut akan memudahkan terkena penyakit, misalnya, tifus dan kolera."
Toh, tukas Adi, konsep septik tank sendiri sudah tidak layak buat kota padat, seperti Jakarta. Karena tetap akan mencemari lingkungan sekitar juga akan sulit memperoleh air bersih. Solusinya, membangun saluran tempat pembuangan limbah kotoran manusia yang ditampung di suatu tempat untuk diolah agar tidak mencemari lingkungan (close surrounding). Hal ini sudah banyak dilakukan di negara-negara maju, seperti Singapura.
9. Bak sampah
Bak sampah di luar rumah sebaiknya ditutup rapat agar tidak ada binatang atau lalat yang mengerumuni dan menghindari pencemaran udara. Usahakan jaraknya 6 meter dari teras rumah.
10. Binatang peliharaan
Dapat menjadi sumber penyakit; zoo onosis (penyakit yang ditimbulkan karena terdapat perpindahan kuman-kuman dari binatang ke manusia). Misal, flu burung. Begitu pula bulu-bulu anjing dan kucing. Karena halus dan mudah rontok, tak tertutup kemungkinan akan terhirup manusia. "Akibatnya bisa bronkitis."
Karena itu, kita harus telaten membersihkan kandang, tempat makan dan minumnya. "Jangan lupa untuk memandikan mereka." Kandang sebaiknya ditempatkan minimal 10 meter dari rumah.
Riesnawiati/ Gazali Solahuddin/nakita
KOMENTAR