"Ma, ini rumah warisan, ya? Berarti rumah ini buat aku, kan?"
Pernahkah Anda mendapat pertanyaan mengagetkan seperti di atas dari Si Kecil? Jika ya, sebaiknya jangan menjawab sembarangan. "Jelaskan konsep dasarnya saja, tak perlu dijelaskan mendetail. Khususnya anak-anak 8 tahun ke bawah yang secara teori daya tangkapnya belum sampai untuk menerima hal-hal seperti itu," saran Reynitta Poerwito, MPsi., psikolog dari situs konsultasi psikologi Web Konseling yang beralamat di http://webkonseling.blogspot.com.
Menurut teori perkembangan anak, sampai usia sekitar 8 tahun, secara umum anak belum bisa memahami atau mengerti hal-hal semacam itu. Bahasa awamnya, belum nyampe.
Toh, menurut psikolog yang akrab disapa Irene ini, semua bergantung pada kasusnya. Misalnya, jika kondisinya secara hukum anak harus memperoleh penjelasan mengenai warisan. "Bisa saja dijelaskan, tapi dengan didampingi pihak ketiga, entah ahli atau orang dekat yang dipercaya. Pendamping ini sebaiknya mereka yang bisa menjelaskan ke anak dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Apalagi, kalau menyangkut bahasa hukum yang belum familiar," lanjut Irene.
Jangan Biasakan Curhat
Selain masalah warisan, anak sebaiknya juga tidak perlu diberitahu hal-hal yang menjadi wilayah orang tua, seperti gaji, cicilan hutang, dan sebagainya. Pasalnya, masih terlalu kecil buat anak seusia itu untuk memahami.
Yang seringkali terjadi, ketika orang tua punya beban masalah (bahkan stres), mereka tidak bisa berkreasi untuk mendidik anaknya dengan "benar." Kadang orang tua mengambil jalan pintas dengan menyampaikan masalah mereka secara langsung dan apa adanya ke anak. "Seharusnya orang tua berkreasi supaya anak tidak perlu memikirkan persoalan yang masih terlalu berat untuk dipahami."
Orang tua juga kerap menjadikan persoalan-persoalan orang tua sebagai alasan menyiasati keinginan anak. Soal cicilan hutang misalnya. Contohnya, "Uang Mama masih dipakai buat bayar cicilan rumah, jadi Adik jangan beli mainan dulu, ya?" Irene menyarankan, sebaiknya mencari alasan yang lebih bisa diterima dan dicerna anak, tapi juga jangan membohongi anak.
Kapan Diberitahu?
Jadi, kapan anak sebaiknya diberitahu mengenai persoalan-persoalan orang tua?
Ini sangat individual sifatnya, karena tingkat kedewasaan anak tidak bisa hanya dilihat dari teori. Ada banyak faktor lain yang bisa memengaruhi dan membedakan tingkat kedewasaan antara satu anak dengan anak lainnya. Kapan diberitahu tentu tergantung anak dan orang tua. Ada orang tua yang mendidik anaknya menjadi dewasa banget dan penuh tanggung jawab terhadap keadaan di rumah, misalnya mengenai kondisi keuangan keluarga. Tapi, ada juga anak yang tidak diberi tahu sebelum dewasa.
Jangan Ceroboh
Yang penting, menurut Irene, orang tua harus berhati-hati. Misalnya jangan ceroboh meletakkan atau menyimpan slip gaji, jangan ngobrol di depan anak mengenai hal-hal yang belum saatnya didengar anak atau jangan berkonflik di depan anak. "Kenapa anak bisa melihat slip gaji, tentu karena orang tua ceroboh. Sebetulnya ini kan, bukan sesuatu yang patut dan perlu dibaca anak. Apapun yaag terjadi pada anak, pasti awalnya dari orang tua," lanjut Irene.
Anak-anak juga masih menggunakan emosi lebih besar ketimbang logikanya. Jadi, ketika orang tua secara terbuka berkonflik di depan anak, anak bisa membuat persepsi berbeda. Yang salah jelas orang tua kalau sampai anak melihat mereka bertengkar. Bisa jadi, konfliknya memang terbuka, sementara penyelesaiannya tertutup.
"Tapi, anak kan belum tentu melihat orang tuanya berbaikan. Akibatnya, anak akan terus mempersepsi bahwa orang tuanya bertengkar. Ia bisa merasa bahwa dirinyalah yang menyebabkan kedua orang tuanya berantem," jelas Irene.
Biasanya, kebanyakan anak akan berpikir, apa yang bisa ia lakukan untuk membantu orang tuanya yang sedang berkonflik? Jadinya, anak bisa merasa bersalah. Pada anak-anak yang sudah memahami, ini bisa menjadi suatu beban. "Kalau anak belum mengerti, ya karena memang ia masih terlalu kecil untuk mengerti."
Tugas Orang tua
Di usia-usia ini, rasa ingin tahu anak juga sangat tinggi. Jadi, ketika tanpa disengaja ia melihat slip gaji kita, jangan heran kalau ia kemudian bertanya, "Wah, gaji Mama banyak, ya. Berarti besok bisa beli PSP dong, Ma?" Di usia 7-11 tahun, anak sudah mulai belajar besar-kecil." Ini seringkali kemudian menjadi masalah.
Secara umum, anak-anak di Indonesia juga lebih cepat dewasa ketimbang anak-anak di belahan Barat dunia. Di luar negeri, anak-anak sangat dijaga. Misalnya dalam hal keamanan. Ini yang membedakan mereka dengan anak-anak di Indonesia. Apalagi, banyak orang tua di Indonesia yang punya masalah lalu membeberkannya di depan anak-anak. "Akibatnya, mau tidak mau, nangkep enggak nangkep, anak akan merasakan. Ingat, sejak kecil, anak sudah bisa merasakan emosi orang tua. Masalahnya, ada anak yang cuek sama lingkungan, ada yang sangat memerhatikan lingkungannya," kata Irene.
Jadi, lanjutnya, kalau kita sebagai orang tua mau anak-anak kita tumbuh sesuai dengan perkembangan dan usianya, maka tanggung jawab kitalah untuk menjaga. Jangan teledor, jangan mengeluarkan kata-kata kasar, hindarkan benda-benda yang bisa membahayakan anak, dan sebagainya. "Orang tua harus berhati-hati dan bisa lebih menganalisa informasi seperti apa yang mau diberikan ke anak."
Hasto Prianggoro
KOMENTAR