Dahulu, stasiun ini memang dikenal sebagai stasiun Beos, kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maattschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur). Ada pula yang mengatakan, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan sekitarnya, menyimbolkan fungsi stasiun ini sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan kota Batavia dengan kota-kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parisj van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain," jelas Widya Sena Pradipta, Assistant Manager Architecture Development PT Kereta Api Indonesia (PT KAI).
Sejak tahun 1870, Stasiun Beos sebetulnya sudah beroperasi dan dimiliki oleh swasta, yaitu Nederlands Indische Spoorweg (NIS) dan digunakan untuk mengantarkan hasil bumi dari Bogor. Baru pada tahun 1912, Stasiun Beos diambil alih oleh perusahaan kereta api milik pemerintah Belanda, Staatsspoorwegen (SS), dan dikembangkan jalurnya menjadi jalur yang sifatnya strategis politis. "Pada tahun 1926, stasiun direnovasi dan baru dioperasikan kembali pada tahun 1929," lanjut Widya saat ditemui di acara CiF Cleaning Project di Stasiun Jakarta Kota, Selasa (8/10) lalu.
Selain memiliki kesibukan yang tinggi, Stasiun Kereta Jakarta Kota memang memiliki sejarah panjang sejak beroperasi tahun 1929 silam. Oleh karena itu, selain menjadi salah satu pusat arus transportasi kota Jakarta hingga saat ini, stasiun ini juga dianggap sebagai salah satu cagar budaya dan situs bersejarah kota Jakarta.
Kini, meski sudah berusia 84 tahun, Stasiun Jakarta Kota tetap mempertahankan keaslian bentuknya. "Hampir 90 persen bangunan aslinya belum berubah. Yang ditambahkan lebih mengikuti tuntutan pelayanan saat ini. Misalnya keramik yang diperbarui, tetapi keramik aslinya masih disimpan sebagai bukti sejarah," jelas Widya.
Selamat ulang tahun, Stasiun Beos!
Hasto
KOMENTAR