Tabloidnova.com - Sebagai sutradara yang dikenal sebagai bertangan dingin dalam mengarahkan para pemain di sejumlah filmnya, Benni Setiawan, tentu menginginkan selalu membuat karya yang berkualitas.
Termasuk saat ia membesut film yang diadaptasi dari novel karya pejabat di era Pemerintahan Soeharto, mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara TB Silalahi, yang berjudul "ToBa Dreams: Sebuah Janji Cinta".
Sesuai judulnya, selain mengambil lokasi syuting di seputaran Jabodetabek, film yang dibintangi Mathias Muchus, Vino G Bastian, Marsha Timothy, Jajang C Noer, Ramon Y Tungka, dan lainnya ini, juga mengambil lokasi syuting di Danau Toba, Balige, Sumatera Utara.
Namun lantaran film yang syutingnya dilakuka.ln pada bulan Oktober-November tahun lalu jni, makan cuaca selama proses syuting kadang tak bersahabat alias sering diguyur hujan.
"Kendalanya, ya, itu di lokasi sering hujan, jadi syutingnya sering terhenti sampai hujan benar-benar reda. Belum lagi saat syuting di Danau Toba, medannya cukup rumit untuk pengambilan beberapa gambar," papar Benni saat ditemui pada gala premier film ToBa Dreams, Kamis (16/4) malam.
Selain soal cuaca, kata Benni, selama syuting di Danau Toba, demi menyempurnakan cerita, ia dan kru juga harus membuat sebuah bangunan rumah di atas danau yang mengambang. Rumah itu dalam film dijadikan tempat persembunyian Vino yang memerankan sosok Ronggur, anak Sersan Tebe yang diperankan Mathias.
"Susah juga ternyata syuring di atas air danau. Ha ha ha... Saya harus menstabilkan kamera yang terus bergoyang-goyang selama syuting di atas danau. Tapi setelah lihat hasilnya, saya cukup puas lah," kenang Benni soal proses syutingnya yang cukup menantang.
Benni mengaku semakin puas, lantaran film ini tak hanya menyampaikan banyak pesan moral kepada penonton melalui konflik keluarga, perjuangan akan cinta, kasus narkoba dan korupsi, serta toleransi beragama, tapi juga ikut menggambarkan keelokan akam Danau Toba dan adatnya yang luar biasa indah.
"Ini film fiksi yang kebetulan karakter dan jiwa tokohnya dihidupkan oleh Pak TB Silalahi yang menulis novelnya yang berjudul sama dengan filmnya. Jadi ini bukan tentang biografi beliau," kata Benni.
Uniknya, lanjut Benni, film ini berlatar budaya Batak Toba yang ternyata sangat toleran terhadap keberagaman agama di daerahnya. "Ini tentu sangat baik untuk disampaikan ke masyarakat dan penonton," papar Benni seraya berharga film ini dapat menghibur dan meninggalkan kesan mendalam di hati penonton.
Intan Y. Septiani/ Tabloidnova.com
Mengintip Isi Buku "Cabai Kering pada Khazanah Masakan Melayu", Ada Resep Sambal Bilis hingga Otak-otak
KOMENTAR