Mungkin saat ini Anda tengah mengalaminya; si kecil minta didongengkan/dibacakan cerita yang sama setiap menjelang tidur. Wajar, kok, Bu-Pak. Yang perlu diwaspadai, bila kebiasaannya itu lantaran ia suka pada tokohnya yang berkarakter agresif.
Boleh jadi si kecil minta dibacakan cerita/didongengkan yang itu-itu lagi lantaran ia masih tertarik dengan cerita tersebut. Bisa juga karena ia merasa perlu tahu lebih banyak atau lebih dalam lagi mengenai cerita itu. Misal, "Kenapa, ya, buaya, kok, mau diboongin oleh kancil?" atau, "Kok, kancil ngeboong, sih, sama buaya. Kan, kata Mama ngeboong itu enggak boleh." Nah, dengan adanya pertanyaan tersebut, tentu rasa ingin tahu lebih jauh mengenai cerita itu masih besar sehingga cerita itu masih sangat menarik buatnya.
Bila demikian, jangan harap si kecil akan bosan atau jenuh dengan cerita itu sekalipun Anda sudah kehilangan minat sama sekali untuk menceritakannya kembali. Mau tak mau, Anda harus melakukannya, ya, Bu-Pak. Apalagi, seperti dikatakan Dr. Lucia RM Royanto. MSi., nggak masalah, kok, anak minta didongengkan atau dibacakan cerita yang sama setiap waktu, "karena tak ada satu pun dongeng atau cerita anak-anak yang menyesatkan," jelas psikolog dari Fakultas Psikologi UI ini.
Dalam bahasa lain, keinginan anak yang demikian nyaris tak ada dampak negatifnya tapi justru banyak manfaatnya bagi perkembangan anak. Selain tentunya juga membuat anak senang dan gembira karena keinginannya terkabul.
MELATIH KETELITIAN
Nah, salah satu manfaatnya ialah melatih daya imajinasi anak. "Bukankah di usia ini ia tengah mengalami proses belajar pada daya imajinasinya?" ujar Lusi, sapaan akrabnya. Misal, "Gimana, ya, kancil bisa nyebrang sungai yang besar sambil melewati buaya?", atau "Gimana, ya, cara kancil mencuri ketimun Pak Tani? Kan, kancil enggak punya tangan."
Selain itu, anak pun secara tak sadar tengah melatih ketelitian serta pendalaman pada sesuatu hal yang ia tangkap melalui pancaindranya. Coba, deh, perhatikan secara saksama kala Anda tengah membacakan cerita. Ia pasti akan menyimaknya dengan serius dan tak jarang memotongnya untuk bertanya mengenai sesuatu hal dari cerita itu. Bila ada kesalahan atau ada yang terlewat maupun terbolak-balik susunan ceritanya, pasti ia akan "protes", "Kemarin katanya si kancil ngeboong dulu sama buaya baru mencuri.", misal. "Nah, itu, kan, melatih ketelitian dan daya nalar anak tentang sesuatu hal," tukas Lusi.
Manfaat lain, melatih anak dalam penguasaan materi atau sesuatu hal secara mendalam. Bukankah dengan mendengar dongeng/cerita yang sama setiap waktu, lama-kelamaan ia akan menguasainya dan paham betul dari A-Z mengenai cerita itu? Apalagi jika Anda mau menjelaskan maksud ceritanya, "maka akan memperkaya wawasan anak juga, lho," imbuh Lusi.
Kebiasaan ini juga bisa menumbuhkan minat anak terhadap bahasa, yaitu belajar membaca dan menulis. Misal, sewaktu dibacakan cerita, ia bertanya, "Yang mana, sih, tulisan kancil, Bu?" Nah, Anda wajib menjawabnya serta menunjukkan kata itu. Kemudian, pada halaman berikutnya, minta si kecil untuk menunjukkan kata itu. Dengan demikian, "secara tak langsung Anda telah mengajarkannya mengenal huruf latin dan belajar membaca."
Yang tak kalah penting dengan anak mendengarkan dongeng/cerita yang itu-itu lagi, maka nilai-nilai yang terdapat dalam dongeng/cerita itu akan semakin tertanam pada dirinya. Tentu diharapkan nilai-nilai itu akan tertanam sampai ia dewasa dan diaplikasikan dalam hidupnya sehari-hari. Misal, ia akan selalu berkata jujur dan tak mau mengambil milik orang lain sebagaimana yang dilakukan sang kancil kepada sang buaya dan si petani; atau, ia akan selalu sayang, hormat, dan patuh pada ibunya karena kerap teringat pada cerita Malin Kundang. "Nah, ini, kan, juga salah satu manfaat yang bisa dipetik." Dalam bahasa lain, bila ada nilai-nilai tertentu yang ingin kita tanamkan pada anak, maka lewat dongeng/cerita yang diulang-ulang terus akan semakin tertanam dalam diri anak hingga ia dewasa.
JANGAN MENYINGKAT CERITA
Itulah mengapa, Lusi menekankan, jangan sekali-kali Anda menolak kala si kecil minta didongengkan/dibacakan cerita yang itu-itu lagi. Toh, Anda bisa mengubah suasana atau metoda mendongengnya agar enggak bosan. Misal, dengan memberikan penjelasan tentang si tokoh. "Bisa juga dengan mengajak anak melakukan tanya-jawab seputar cerita tersebut." Misal, "Apa akal si kancil sewaktu menyeberangi sungai besar?"
KOMENTAR