Sering, kan, si kecil minta digendong kendati ia sudah bisa berjalan? Hati-hati, lo, kalau ia lebih kerap digendong, keterampilan motoriknya tak terlatih. Ia pun jadi kurang pengetahuan dan pengalaman.
Wajar, kok, Bu-Pak, anak usia ini minta digendong karena kapasitasnya tak seperti orang dewasa. "Ia akan cepat lelah sewaktu melakukan aktivitas berjalan, sehingga timbullah hasratnya untuk digendong." tutur Dra. Rose Mini A.P. M.Psi. Selain, ada faktor kedekatan. "Anak merasa aman berada dalam dekapan orang tuanya sewaktu digendong," lanjut Romi, panggilan akrab psikolog dari Fakultas Psikologi UI ini.
Jadi, tandasnya, kendati si kecil sudah bisa berjalan, namun orang tua masih tetap memiliki kewajiban untuk menggendongnya. "Tapi tentu tak setiap saat harus digendong, lo." Hanya pada situasi dan kondisi tertentu saja, seperti anak dalam keadaan kelelahan, sakit, atau tempat yang akan dilaluinya dapat membahayakan jiwanya semisal banyak kendaraan dan jalannya terlalu terjal.
Bila anak sampai lebih banyak berada dalam gendongan dibanding usahanya sendiri untuk berjalan, menurut Romi, ia jadi punya ketergantungan yang sangat tinggi kepada orang lain. "Keterampilan motoriknya juga jadi enggak terlatih." Disamping, penjelajahan anak terhadap dunia barunya jadi kurang. "Otomatis kemampuan eksplorasinya akan kurang sehingga pengetahuan dan pengalamannya enggak ada."
SALAH ORANG TUA
Sebenarnya, tutur Romi, berjalan bagi anak adalah suatu hal yang sangat menyenangkan karena ia bisa ke mana-mana ataupun menuju tempat yang ia inginkan sendiri tanpa bantuan orang dewasa lagi. "Tapi bila ia selalu menjadi bahan tontonan sewaktu berjalan, maka negativistiknya cenderung muncul karena ia tak yakin atau percaya diri akan apa yang ialakukan." Akibatnya, ia ogah berjalan dan minta digendong. "Akan lebih baik bila orang tua memberikan rangsangan-rangsangan baru. Misal, dengan melakukan berbagai cara berjalan; entah berjalan di atas bangku, berjalan sambil melompat, dan sebagainya."
Anak yang kerap minta digendong juga bisa disebabkan ia selalu melihat teman-temannya digendong oleh orang tuanya atau babysitter kala makan atau menangis. "Bisa juga karena ia pernah mengalami trauma sewaktu berjalan." Misal, selalu dimarahi atau dilarang kala ia berjalan di koridor pertokoan yang memajang barang-barang pecah belah, atau orang tua selalu menggendong bila melalui jalan becek. "Seharusnya orang tua mengajarkan kepada anak cara berjalan atau cara melewati jalan-jalan tersebut, bukan malah menggendongnya."
Tapi, dari semua faktor penyebab anak minta digendong, menurut Romi, umumnya karena salah orang tua juga. "Orang tua cenderung membiasakan menggendong bila anak menginginkannya." Misal, setiap anak merengek, menangis, atau ada maunya, orang tua selalu menggendongnya. "Nah, itu, kan, besar pengaruhnya terhadap anak," tukas staf PD IV sub. bidang pengembangan UI ini.
ALIHKAN PERHATIANNYA
Jadi, enggak heran, ya, Bu-Pak, kalau si kecil kerap minta digendong. Bahkan sambil menangis dan mengamuk kala kita tak mau menggendongnya. Tapi jangan dimarahi, dibentak, apalagi dipukul, lo. "Cara-cara demikian sangat tidak mendidik!" tegas Romi. "Malah si anak akan jadi imun (kebal-red) karena terlalu sering menerima perlakuan demikian," lanjutnya. Jangan pula mengejeknya dengan mengatakan dirinya kayak bayi. Misal, "Idiih... Ade kayak bayi aja, deh, minta digendong. Kan, cuma bayi yang digendong. Malu, dong, sama adik bayi."
Hal ini hanya akan mendorong munculnya negativistik pada anak. "Terlalu sering diledek juga akan membuat anak nantinya selalu merasa minder, pemalu, dan enggak percaya diri," bilang Romi. Tapi Romi juga tak menganjurkan agar Bapak-Ibu mengalah terhadap permintaan anak untuk digendong. Sekalipun Bapak-Ibu sudah enggak tahan lagi dengan amukan atau tangisnya yang melengking tinggi. Soalnya, kalau kita mengalah, justru akan semakin memperkuat kecenderungannya minta digendong. Langkah terbaik adalah membuat dingin suasana pada diri si anak dengan cara mengalihkan perhatiannya.
Misal, diajak duduk atau diajak berbincang-bincang tentang hal-hal yang disukai anak. "Bisa juga dengan meminta orang dewasa lain yang ada untuk menggendong si anak," kata Romi. Tapi dengan catatan, bila kondisi anak benar-benar tak memungkinkan untuk berjalan lagi karena terlalu capek, misalnya. Hal yang sama juga berlaku bila anak minta digendong oleh ibu namun ibu tengah dalam kondisi tak memungkinkan untuk menggendong, seperti hamil tua, sementara anak berada dalam keadaan memang harus digendong. Enggak sulit, kan, Bu-Pak, untuk mengubah kebiasaan si kecil yang kerap minta digendong.
KOMENTAR