Mandi superlama ataupun supercepat ternyata menggambarkan kecenderungan anak; apakah ia serbasempurna dan teliti atau terburu-buru dan kurang teliti.
Mandi yang dilakukan dua kali sehari merupakan salah satu bentuk tanggung jawab seorang anak pada dirinya. Semua anak usia sekolah harusnya sudah bisa melakukan ritual mandi sendiri dengan baik.
Mereka juga harus sudah tahu, mandi adalah kesempatan baginya untuk melakukan perawatan tubuh, menghilangkan kotoran dan bakteri hingga sumber-sumber yang bisa menyebabkan anak sakit, juga membuat badannya harum, dan fresh.
Masalahnya, ada anak yang mandinya sangat lama, bisa sampai satu jam atau lebih. Bila kamar mandi di rumah cuma satu, terbayang, dong, apa yang akan terjadi setiap pagi ketika ayah dan ibu harus bersiap-siap ke kantor, dan anak berangkat ke sekolah?
Mereka yang mandinya lama, di atas 10-15 menit, menurut Maesera Idul Adha, Psi. yang berpraktik di RS Fatmawati, Jakarta, lantaran melakukan beberapa ritual sekaligus, antara lain buang air besar plus mencuci rambut selain mandi. Bisa juga karena ia ingin badannya benar-benar bersih, lantas mandinya harus sempurna dan teliti. Mungkin, ia menganggap mandi belumlah sempurna atau belum bersih jika belum bersabun hingga dua kali. Anak-anak seperti ini, kata Maesera, dalam istilah psikologi bisa disebut si obsesif kompulsif.
Tidak sedikit juga, anak-anak yang mandinya lama disebabkan asyik melakukan berbagai eksperimen; main gelembung sabun, berkreasi dengan busa sabun, main air, mengeksplor anggota tubuh, atau main hujan-hujanan dengan shower. Bahkan ada yang belum mau keluar dari kamar mandi jika nyanyiannya belum rampung.
Sebab lainnya, anak menjadikan mandi sebagai alat untuk menghindari hal-hal yang tidak dia sukai. Misalnya, "Lama-lamain ah mandinya supaya enggak diminta nemenin Bunda ke arisan." Alasan-alasan mandi sambil bereksperimen, menyanyi, dan menghindari sesuatu yang tidak disuka, ujar Maesera, wajar dilakukan anak.
SESUAIKAN DENGAN PENYEBABNYA
Nah, karena penyebabnya beragam, "Kalau kita ingin mengubahnya, ya harus tahu dulu apa yang menyebabkan anak kita mandinya lama. Setelah itu baru kita benahi sesuai kasusnya," saran Maesera.
Bagi anak yang suka main hujan-hujanan saat mandi, kita berikan pengertian, "Mandi kelamaan bukannya malah sehat, kamu bisa kedinginan dan gampang sakit." Bisa juga dilanjutkan, "Selain itu, kamu melakukan pemborosan air dan listrik. Ingat, semua pemborosan itu tidak baik, dan air bukan hanya milik kamu, tapi milik semua makhluk hidup," misalnya.
Jika anak belum juga berubah, tindakan baginya bisa kita tingkatkan. Pertama memberikan peringatan, "Kakak, ayo sudah cukup mandinya. Ingat kata Ayah kemarin." Jika masih cuek, bisa melakukan cara kedua, yaitu mematikan keran terminal utama.
Setelah itu kita wajib menyusun dan memberikan pengertian kembali padanya dengan lebih jelas dan terperinci. "Siapa tahu anak belum mengerti apa yang telah dijelaskan," tandas Maesera.
SI SUPERCEPAT
Di sisi lain, ada pula anak yang mandinya supercepat, kurang dari 5-10 menit. Penyebabnya, bisa karena anak tidak suka air, tidak suka berlama-lama di kamar mandi, atau ada sesuatu yang dia kejar, biasanya acara teve. Namun yang pasti, kata Maesera, anak yang biasa mandi supercepat umumnya cenderung terburu-buru, kurang teliti, dan tidak menganggap mandi sebagai sebuah kebutuhan.
Tentunya, mandi yang supercepat ini tidak baik juga. Caranya, seusai anak mandi, periksalah barangkali masih ada sisa sabunnya yang belum terbilas, masih ada bagian-bagian tubuhnya yang kotor, dan mungkin kepalanya masih bau.
"Kalau seluruh tubuhnya sudah wangi dan bersih, terutama sela-sela kulit ketiak, selangkangan, leher, jari-jari, berarti mandinya sempurna." Jika belum, ajak anak untuk mandi kembali.
Setelah anak mandi kembali dan hasilnya memuaskan, berikan pengertian yang masuk akal, "Kak, kalau sudah mandi tapi masih ada cemong di muka, apa kamu tidak malu sama teman-teman?" Bisa juga, "Kalau ketiakmu masih bau kecut, itu tandanya mandimu tidak bersih. Kalau tidak bersih, kuman-kuman penyakit masih ada di badanmu. Kalau dibiarkan, kamu bisa sakit, apa kamu mau?" Setelah itu lanjutkan, "Lagi pula kalau mandi tapi hasilnya seperti belum mandi, kamu bisa-bisa diejek teman-temanmu."
Cari tahu juga mengapa anak kita mandi cepat-cepat. Untuk mengubahnya tentu harus dicari penyebabnya. Contoh, mandi cepat karena terburu-buru sekolah. Untuk memperbaikinya, katakan, "Kalau kamu tidak ingin kesiangan dan mandi terburu-buru, bangunlah lebih pagi. Badan kamu tetap segar, wangi, dan sehat, tapi tidak kesiangan," misalnya.
Intinya permasalahan mandi terlalu cepat atau terlalu lama harus dibenahi sesegera mungkin. Jika mandi terlalu lama, anak mungkin selalu berkonflik dengan lingkungan. Sebaliknya, jika dia mandi kelewat cepat, tidak menutup kemungkinan perhatiannya terhadap tanggung jawab kebersihan pribadi tidak tumbuh optimal.
Gazali Solahuddin. Foto: Ferdi/nakita
KOMENTAR