Pengobatan yang satu ini memang belum dikenal luas. Padahal homeopati yang mengandalkan bahan-bahan alami dapat mengobati penyakit yang sama dengan harga yang lebih murah.
Back to nature alias kembali ke alam kini sedang trend. Penyebabnya, obat-obatan kimia yang selama ini diyakini dapat menyembuhkan beragam penyakit ternyata membawa efek samping yang tidak sedikit. Tak heran kalau pelan-pelan pengobatan homeopati pun mulai dilirik orang. Ya, konsep sehat dengan obat-obat alamiah, memang bisa menjadi sebuah alternatif.
Secara garis besar kedokteran di dunia dibedakan menjadi dua, "Yaitu kedokteran alopati atau kedokteran konvensional di mana pengobatannya menggunakan obat-obat kimia, seperti yang kita kenal selama ini. Satu lagi adalah kedokteran naturopati yang di dalamnya terdapat pengobatan homeopati yang lebih ditekankan pada penggunaan obat berbasis bahan-bahan alamiah, seperti hewan, tumbuhan, mineral, dan unsur-unsur alam lainnya," papar DR. Amarullah H. Siregar, DIHom, DNMed, MSc, Ph.D., dalam seminar "Membangun Eksistensi Homoeopathy Menjelang Era Globalisasi Medis" beberapa waktu lalu di Jakarta.
Filosofi pengobatan homeopati adalah "similia similibus curentur" atau like cures like (yang serupa menyembuhkan yang serupa). Artinya, kata Amarullah lebih lanjut, "Obat yang diberikan bisa menyembuhkan. Akan tetapi bila obat tersebut diberikan kepada orang sehat justru akan memunculkan penyakit yang sama pada si sehat."
APA ITU HOMEOPATI?
Dalam sejarahnya, homeopati mulai dikembangkan oleh seorang dokter alopati berkebangsaan Jerman yang tidak puas dengan pengobatan yang selama itu ada. Prof. DR. Sammuel Friedrich Hahnemann (1755-1843), sang penggagas, menemukan cara untuk membantu tubuh melakukan proses penyembuhan dengan sendirinya. Yakni, "Dengan memberikan obat yang bisa memberdayakan, meningkatkan dan potensiasi fungsi serta kapasitas alami tubuh. Kalau sistem-sistem dalam tubuh sudah berfungsi optimal, maka segala penyakit akan menyingkir. Jadi, prinsipnya adalah mengoptimalkan tubuh kita sendiri. Kalaupun kemudian penyakitnya sembuh, anggap saja itu sebagai bonus," papar Amarullah.
KEUNGGULAN HOMEOPATI
Pada kesempatan yang sama, DR. Aji Hoesodo, P.Hom, L.Ac, Psy.D., menjelaskan tentang keunggulan pengobatan homeopati dibanding pengobatan konvensional. Pengobatan menggunakan bahan-bahan kimia yang dilakukan oleh kedokteran konvensional disadari atau tidak akan membawa efek samping dalam jangka panjang. "Pemakaian obat-obatan kimia dalam jangka panjang bisa menyebabkan timbulnya penyakit baru, disamping kekebalan terhadap obat tersebut," tandas Aji.
Penawar rasa sakit, contohnya, sering menimbulkan efek iritasi lambung bahkan sampai pendarahan. Sementara kelompok parasetamol sebagai pereda demam dapat merusak ginjal kalau diminum dalam dosis berlebih. Juga obat tidur thalidomide yang sudah dilarang penggunaannya, bila diminum wanita hamil dengan usia kehamilan di bawah 3 bulan dapat menyebabkan kecacatan pada bayi (efek teratogen). Lalu, penghilang rasa sakit/analgetik dan penghilang kejang (spesmolitik) untuk pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan berkurang atau bahkan lenyapnya butir-butir darah putih dalam darah (agranulositosis).
Nah, yang dilakukan dalam pengobatan homeopati adalah menyeimbangkan kondisi homeostasis atau upaya mencapai kondisi ideal seseorang. "Karena ada suatu penyakit, maka kondisi homeostasisnya jadi tidak seimbang. Obat yang diberikan bukan untuk membunuh penyakitnya, tapi membantu tubuh untuk meningkatkan kapasitas alaminya dan akhirnya dapat menghilangkan penyakit itu sendiri. Di sinilah keunggulan homeopati dibanding pengobatan konvensional," ujarnya. Amarullah menegaskan bahwa pengobatan homeopati aman, tidak mengandung efek samping dan tidak bersifat racun selama dilakukan dengan benar baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
Di dunia medis konvensional, seseorang baru bisa dikatakan sakit apabila sudah ditemukan gejala yang jelas. Misalnya ada pemeriksaan laboratorium yang menegaskan bahwa Hb-nya turun, ada infeksi dan sebagainya. Sedangkan dalam pengobatan homeopati, begitu ada keluhan, maka pengobatan sudah bisa dilakukan. "Walaupun sekadar pusing atau pegal, itu berarti sudah ada ketidakseimbangan pada homeostosisnya. Dengan memberikan obat diharapkan dapat mencegah keluhan itu tidak berlanjut menjadi penyakit," tandasnya.
Keunikan lain dari metode ini adalah sifatnya yang individual dan tidak memisahkan antara kondisi fisik maupun mental pasien. Misalnya ada dua orang pasien yang datang mengeluhkan sakit kepala dan beberapa gejala lainnya, oleh dokter pasien-pasien tersebut akan dianalisa dan diberikan obat yang sekiranya cocok. Bisa jadi walaupun keluhannya sama-sama sakit kepala, tapi obat yang diberikan berbeda karena yang satu sakit kepala akibat infeksi sementara pasien lainnya sakit kepala karena stres. Sedangkan di dunia kedokteran konvensional, obat yang sama umumnya akan diberikan untuk mengatasi gejala yang sama meski bisa jadi kondisi pasien tersebut berbeda satu sama lain."
KOMENTAR