Mitos: ukuran penis menentukan tingkat kepuasan seksual
Kepuasan seks tidak semata-mata ditentukan dari alat kelamin, tapi sebagian besar justru sangat dipengaruhi oleh pikiran yang sehat. Ketika seseorang dalam keadaan stres berat atau bahkan depresi, apalagi dalam pengaruh obat-obat kuat, ternyata mereka tidak bisa melakukan hubungan seks dengan baik. Jadi, untuk melakukan hubungan seks tidak dibutuhkan ukuran yang besar, tapi penis dalam keadaan ereksi maksimal dan hal ini tidak berkaitan dengan besar kecilnya alat kelamin.
Mitos: Ukuran penis dilihat dari ukuran jari
Benarkah ukuran jempol kaki atau tangan identik dengan ukuran penis? Tentu saja tidak. Sangat tidak masuk akal menghubungkan kedua organ yang sangat berbeda, baik tempat maupun ukurannya ini. Hal ini kadang membuat seseorang jadi malu ketika dilihat jempol kaki maupun tangannya, karena seolah-olah sedang dilihat alat kelaminnya.
Mitos: Kehamilan ditentukan oleh orgasme wanita
Beberapa pasangan suami-istri yang sudah sekian lama menikah dan belum punya keturunan menanyakan, apakah gara-gara tidak pernah mencapai orgasme setiap berhubungan seks, membuat wanita tidak dapat hamil?
Faktanya, kehamilan tidak ditentukan oleh kepuasan seks, melainkan oleh pembuahan sel telur oleh sperma yang terjadi pada saat masa subur. Mereka berpikir bahwa pada saat orgasme terjadi pengeluaran sel telur yang siap dibuahi, padahal tidak demikian kenyatannya. Orgasme hanya mengeluarkan cairan yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar Bartholini dan tidak mengandung sel telur. Artinya, tidak ada kaitan atara kehamilan dengan orgasme seorang wanita.
Mitos: Orgasme = G-spot
G-spot adalah titik erotis yang ditemukan oleh Grafenberg pada tahun 80-an, yang kemudian dianggap sebagai area yang memudahkan seorang wanita mencapai kepuasan seksual (orgasme).
Para ahli menemukan bahwa bagian tersebut ternyata mengandung saraf-saraf yang sangat sensitif, yang apabila terangsang akan membuat wanita mengalami kepuasan luar biasa pada saat hubungan seksual. Padahal, kepuasan seksual wanita sangat banyak faktornya, antara lain mood yang baik, posisi yang menyenangkan, dan pemanasan yang cukup, tidak hanya dari area G-spot. Tapi memang, titik G-spot akan sangat membantu wanita mendapatkan orgasme.
Mitos: Wanita ras tertentu nafsunya lebih hebat
Nafsu atau dorongan seks yang hebat sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain gizi yang baik, pikiran yang sehat, dan pengaruh lingkungan. Misalnya, seseorang yang sering mengakses sesuatu yang membuatnya terangsang akan meningkatkan dorongan seks lebih cepat dibanding seseorang yang tidak merasa perlu mendapatkan rangsangan-rangsangan seperti itu.
Kalaupun ada ras atau komunitas tertentu yang mempunyai dorongan seks yang tinggi dan kelihatan lebih hebat, pasti karena kebetulan lingkungan mereka sudah terbiasa terstimulus oleh hal-hal yang bersifat erotis, atau karena kebiasaan-kebiasaan yang sering mereka lakukan, seperti olah raga teratur, pola makan seimbang, dan istirahat cukup. Pengetahuan seks yang baik juga sangat menentukan kehebatan seseorang pada saat melakukan hubungan seks.
Mitos: Vagina kering lebih OK
Mitos seperti ini justru menjerumuskan, karena kondisi vagina yang sangat lembap dengan keasaman tertentu sangat dibutuhkan untuk kenyamanan seseorang pada saat beraktivitas fisik, termasuk aktivitas seksual. Bisa dibayangkan jika vagina dalam keadaan kering, tentu hubungan seks menjadi sangat tidak menyenangkan dan pasti menyakitkan. Maka, tak salah bila dalam hubungan seks wanita membutuhkan pemanasan yang cukup, ditunjang mood yang baik, lubrikasi atau keluarnya cairan pelumas sangat membantu kenyamanan dalam hubungan seks. Coba bayangkan jika hubungan seks dilakukan dalam keadaan vagina kering dan tidak mengeluarkan pelumas..
Hasto Prianggoro
KOMENTAR