Kelahiran anak mestinya dinikmati sebagai momen kebahagiaan bersama pasangan. Sayangnya, tidak selalu demikian kenyataan pasangan suami-istri. Ketika ibu berbahagia dengan kehadiran buah hati, suami justru merasa tidak nyaman.
Perubahan kebiasaan hingga perhatian yang beralih pada buah hati, pun menjadi masalah baru dalam rumah tangga. Suami kerap menjadi kolokan dan bete ketika di rumah.
Sedikit-sedikit minta dilayani dan berkesan tidak mau memahami istri yang sibuk dengan Si Kecil. Meski tidak semua suami akan mengalami hal yang sama, Fabiola P. Setiawan, MPsi, psikolog keluarga, membeberkan beberapa kiat agar suami tak merasa diduakan.
Emosi Tidak Matang
Jangan tersulut emosi ketika menemui situasi yang tidak menyenangkan dari pasangan.
Umumnya, hal ini dipicu oleh ketidakmatangan emosi suami. Bila suami memiliki cukup kematangan emosi, ia akan relatif mudah beradaptasi dengan situasi baru (menjadi ayah). Sehingga dapat segera memberikan dukungan terhadap istri ketika menjalani perannya sebagai ibu.
Kurang Dilibatkan
Sikap suami yang kurang dewasa, dapat terjadi bila suami kurang dilibatkan selama kehamilan sampai dengan proses persalinan.
Idealnya, ketika hamil, suami mengikuti perkembangan janin, memperhatikan kondisi emosi dan perubahan fisik istri yang hamil, serta aktif memberikan dukungan.
Ini bisa dilakukan dengan mengantarkan istri memeriksakan kandungan, menenangkan istri, membacakan cerita maupun bernyanyi bagi janin pada usia kandungan tujuh bulan, dan sebagainya.
Dengan demikian suami akan memiliki ikatan batin yang kuat terhadap janin serta istri. Dan, terhindar dari perasaan cemburu atau sikap negatif ketika Si Kecil lahir.
Bersikap Dewasa
Selain mempersiapkan suami, istri hendaknya juga berusaha menjalani kehamilan secara dewasa.
Dengan kata lain, mampu menjaga suami senantiasa bersyukur dan bahagia atas kehamilan istri. Misalnya, memahami bahwa ngidam adalah kebutuhan psikologis akan perhatian dari suami.
KOMENTAR