Bagi kebanyakan pria, "kejantanan" sangat berarti. Tak heran, jika sedikit saja ada gangguan, pria langsung cemas dan panik. "Jangan-jangan, saya impoten," begitu pikirnya. Padahal, belum tentu. Cobalah berkonsultasi ke Klinik Impotensi, Anda akan mendapatkan jawabannya yang tepat.
Salah satu Klinik Impotensi (KI) yang akan membantu Anda menjawab segala persoalan seputar impotensi ialah KI RSUPN Cipto Mangunkusumo. "Klinik ini memang dibuka untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Contohnya, banyak sekali iklan yang menawarkan pengobatan impotensi dengan cara tradisional. Sementara di rumahsakit sendiri justru belum ada," terang Dr. Rochani, M.D., Kepala Sub Bagian Urologi RSCM yang membawahi KI. Hasilnya ternyata cukup mengejutkan. "Tahun pertama, klinik ini menerima sebanyak 750 pasien baru," ujarnya.
Kendati klinik ini milik rumahsakit pemerintah, pelayanannya tak diragukan. Seperti diakui Dr. Rochani, "Calon pasien sering beranggapan, pasti pelayanannya kurang baik. Padahal, justru pelayanan di KI ini adalah yang terbaik." Calon pasien, lanjutnya, tak perlu repot-repot antre. "Bisa langsung datang atau membuat janji melalui telepon, setelah itu langsung berobat," jelasnya.
Selain itu, klinik yang didirikan Januari 1996 dan menempati salah satu sudut ruangan di Sub Bagian Urologi RSUPN Cipto Mangunkusumo ini, juga menawarkan kenyamanan dan privasi bagi pasien yang datang. Contohnya, ruang tunggu yang cukup representativ. "Selain ber-AC, ruangan juga tertutup tirai. Jadi, tak ada orang yang lalu lalang, sehingga privasi calon pasien yang menunggu pun akan terjaga," ujar Dr. Rochani.
Di klinik yang buka setiap Selasa dan Kamis, mulai pukul 08.00-15.00 ini, pasien ditangani oleh tenaga ahli yang andal. Selain Dr. Akmal Taher, Ph.D, pimpinan KI yang mengambil doktor bidang impotensi di dalam dan luar negeri, tenaga ahli lainnya ialah 3 dokter spesialis dan 20 asisten dokter yang bekerja di bawah supervisi staf senior.
TAK CUKUP EREKSI
"Dalam menangani pasien, kami melakukannya secara ilmiah. Setiap pasien diperiksa dengan teliti, lalu dicek apa penyebabnya. Setelah itu baru diobati. Jika belum berhasil, diteliti lagi, apakah ada penyebab lain, sambil upaya pengobatan terakhir, yakni lewat jalan operasi," tutur Dr. Rochani.
KOMENTAR