LURUSKAN JALAN PIKIRANNYA
Namun dalam menghadapi si kecil yang demikian, Bapak-Ibu tak perlu buru-buru marah dan langsung melarang, "Anak kecil enggak boleh pacar-pacaran!", misalnya. "Kemarahan orang tua hanya akan membuat ia jadi penasaran sehingga ia akan cari tahu lebih banyak lagi," ujar Henny. Selain itu, kalau ia melihat ternyata orang tua teman-temannya enggak pernah mempermasalahkan hal itu, ia akan berpikir lagi, "Kok, bapak-ibunya teman-temanku enggak apa-apa, tapi kenapa Papa-Mama malah marah?", sehingga ia akan melihat ayah-ibunya sebagai orang tua yang aneh.
Saran Henny, lebih baik secara bergurau tanyakan apa konsep pacaran baginya. "Nanti, kan, akan keluar konsep berpikirnya. Kalau enggak benar, orang tua tinggal meluruskan." Misal, konsep yang ditangkapnya ialah kalau lelaki dan perempuan jalan bareng sudah berarti pacaran. Nah, ini, kan, enggak betul. Bukankah tak selalu perempuan dan lelaki yang akrab serta jalan bareng itu pacaran? Lewat jawaban-jawaban anak, Bapak-Ibu juga bisa mengetahui dari mana sumber masalahnya; apakah lantaran Bapak-Ibu yang telah keliru mengajarinya ataukah ia mendapatkannya dari TV, atau malah dari teman-temannya? "Dengan begitu, pemecahan selanjutnya akan lebih mudah," tandas Henny. Jadi, kuncinya cuma komunikasi terbuka antara orang tua dan anak, ya, Bu-Pak.
Henny pun menyarankan, Bapak-Ibu enggak usah terlalu merisaukan hal ini selama konsep berpikir anak masih aman. "Cukup orang tua melihat aktivitas dia." Kalau ia ternyata meniru perbuatan pacaran orang dewasa, misalnya, ikut berciuman bibir atau meraba-raba dada, "barulah dilarang." Meskipun pada anak kecil belum ada hormon seksual pada diri mereka, namun jangan lupa, anak kecil memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, sehingga bisa saja perbuatan itu dilakukan sebagai saluran dari rasa ingin tahunya. "Nah, kalau ia akhirnya mendapat pengalaman yang menyenangkan dari coba-coba ini, maka akan keterusan. Kan, malah bahaya."
Jika hal tersebut sudah kadung terjadi pada si kecil, Henny tetap tak setuju bila Ibu-Bapak memarahinya atau malah memaki-makinya sebagai anak kurang ajar. "Dia, kan, sebenarnya cuma ingin tahu. Jadi, hargailah rasa ingin tahunya itu dengan sesuatu yang lebih mendidik, yaitu pendidikan seks." Tapi juga jangan malah membiarkannya saja. Banyak, lo, orang tua yang beranggapan, "Ah, dia, kan masih kecil. Nanti juga akan mengerti dengan sendirinya."
Nggak bisa begitu, Pak-Bu. Tanaman saja kalau kita menginginkan ia tumbuh dengan baik, maka harus rajin dirawat dan diberi pupuk agar tumbuh sesuai kehendak kita. Nah, begitu juga dengan anak. "Kalau dibiarkan saja, ia bisa tumbuh dengan liar." Tak cuma itu, dengan tak ada rem atau pengarahan dari orang tua, ia bisa menjadi anak yang enggak sopan, tak dapat menghargai orang lain, dan tak peduli dengan kepentingan orang lain. Kita tentunya tak menginginkan buah hati tercinta tumbuh dan berkembang menjadi seperti itu, kan?
SI KECIL MARAH DIJODOH-JODOHKAN
Ada, kan, anak yang malah marah karena dikatakan pacaran atau dijodohkan oleh teman-temannya? Menurut Henny, kemarahan anak bukan karena ia tak suka betulan dengan si teman yang dijodohkan kepadanya, "tapi lebih karena malu dan juga karena ia tak ingin jadi bahan olok-olok teman-temannya terus-menerus." Itulah mengapa, ada anak yang malah menjauhi si teman yang dijodohkan dengannya, nggak mau bermain lagi dengannya. Semata karena takut ketahuan teman-temannya dan nanti dibilang pacaran lagi. Tapi ada juga, lo, yang malah memusuhi teman-temannya dan bahkan ada yang sampai ogah masuk "sekolah" lagi.
Saran Henny, ajaklah ia bicara. "Bangkitkan rasa percaya dirinya dengan mengatakan bahwa teman-temannya cuma bercanda dan bermain-main, jadi nggak perlu diambil hati." Katakan pula, "Yang penting, kan, Kakak masuk 'sekolah'. Dengan Kakak rajin 'sekolah', maka Kakak akan jadi pintar. Nah, kalau Kakak pintar, maka tak akan ada teman yang meledek Kakak lagi." Jadi, anak ditantang agar rajin "sekolah". Bapak-Ibu juga perlu menerangkan padanya tentang manfaat berteman. "Kakak enggak boleh memusuhi teman. Bukankah mereka sebenarnya baik?
Walaupun mereka mengolok-olok Kakak pacaran sama si Toni, tapi nyatanya Kakak enggak pacaran, kan, sama Toni. Jadi, kenapa Kakak harus memusuhi Toni dan teman-teman yang lain? Justru kalau Kakak suka berteman, maka teman-teman Kakak akan bertambah banyak. Nah, mungkin saja salah satu dari teman-teman Kakak akan jadi suami Kakak nanti. Tapi bisa saja suami Kakak itu bukan berasal dari teman-teman yang sekarang, melainkan orang lain lagi yang akan Kakak jumpai saat Kakak besar nanti."
Memang, ujar Henny, untuk menerangkan konsep ini, anak tak akan cepat mengerti karena dunia anak sangat terbatas. "Pola pikirnya masih now and here. Ia belum bisa membayangkan tentang konsep nanti sehingga tak jarang ada anak kecil yang ngotot, 'pokoknya aku mau kawin dengan dia saja, Ma.' Nah, tugas orang tualah membukakan kesadaran tersebut pada anak."
BERIKAN PENDIDIKAN SEKS
KOMENTAR