Sebelum atau Sesudah Makan
Pemberian obat dan waktu mengkonsumsinya, juga dipengaruhi profil masing-masing obat. Tergantung bagaimana reaksi tubuh terhadap profil kimia dan fisika obat.
Namun secara umum, penyerapan obat yang diberikan per-oral akan optimal jika dikonsumsi dalam kondisi perut kosong atau sebelum makan.
Pada kondisi ini obat akan lebih cepat mencapai usus halus (tempat penyerapan obat yang paling utama) serta lebih lengkap diserap. Dengan demikian konsentrasi yang masuk ke dalam sirkulasi darah menjadi optimal.
Sayangnya beberapa obat ada yang dapat menyebabkan efek iritasi pada lambung, seperti obat pereda nyeri dan anti radang non steroid (aspirin, asam mefenamat, asam diklofenak) sehingga sebaiknya dikonsumsi setelah makan.
Begitu pula suplemen yang memerlukan waktu transit di saluran cerna lebih lama, seperti vitamin B12, sebaiknya diminum setelah makan agar penyerapannya lebih sempurna.
Pada kasus tertentu, obat dikonsumsi berdasarkan siklus fisiologis tubuh tertentu, seperti obat kolesterol (simvastatin) yang harus dikonsumsi malam hari. Dikarenakan siklus pembentukan kolesterol optimum pada malam hari dan perlu dihambat dengan zat aktif tertentu. Sedangkan konsumsi obat tertentu bisa diletakkan di bawah lidah, seperti obat antiangina (untuk serangan penyempitan pembuluh koroner jantung), karena akan langsung diserap pembuluh darah halus di bawah lidah tanpa melalui sistim pencernaan dan hati. Dengan demikian kerjanya akan jauh lebih cepat dan optimal.
Tak Harus di Lemari Pendingin
Sedangkan untuk penyimpanan obat, bisa dilakukan dengan menutup rapat kemasan obat. Jangan menyimpan obat yang sudah rusak kemasannya. Bila tablet dikemas dalam aluminium foil, sebaiknya tidak menyimpan tablet yang kemasannya sudah terbuka.
Atau bila obat dalam sediaan suspensi, upayakan botol tertutup rapat, jangan terkena ataupun terkena tetesan air. Simpan obat sesuai petunjuk penyimpanan yang tertera pada kemasan, misal dalam suhu 15-25 derajat Celcius. "Tidak semua obat perlu masuk pendingin, kecuali vaksin dan sediaan supposituria (obat per-anal, red.)," tegas Nico.
Hal lain yang perlu diperhatikan, hindari paparan sinar matahari atau udara bebas secara langsung pada obat. Perhatikan pula masa penyimpanan obat. Untuk obat sediaan suspensi (sirup) sebaiknya tidak disimpan terlalu lama atau tidak lebih dari 2 minggu. Bila obat berbahan aktif antibiotik, sebaiknya dihabiskan saja sesuai petunjuk dokter.
Penyimpanan tablet yang masih utuh dalam kemasan aluminium foil dapat disimpan dan digunakan sampai sebelum masa expired. Sedangkan kapsul masih dapat dikonsumsi selama masih utuh dalam botolnya, belum berubah bau, warna dan tetap kering.
KOMENTAR