KESALAHAN DALAM ANGGARAN KESEHATAN MEMBENGKAK
Terkadang, Anda tak menyadari telah membuat pilihan kurang bijak, sehingga menjadi boros. Termasuk dalam mengalokasikan anggaran kesehatan. Nah, berikut ini beberapa kesalahan yang biasanya membuat anggaran kesehatan jadi membengkak. Jadi, mulailah bersikap bijak!
1. SALAH PILIH DOKTER
Memang tak semua masyarakat cukup teredukasi soal spesialisasi yang dimiliki dokter. Hal inilah yang terkadang menyebabkan banyak orang salah memilih dokter. Sehingga, ketika sudah berkonsultasi ke dokter spesialis tertentu, ternyata masih harus berkonsultasi ke dokter spesialis yang lain.
2. TAK MINTA RESEP GENERIK
Saat menerima layanan kesehatan, pasien selalu berharap mendapatkan obat-obatan terbaik, yang identik dengan obat paten dan harga lebih mahal. Padahal, meminta obat generik juga bisa dilakukan agar biaya pengobatan bisa lebih memadai. Karena, obat generik pun memiliki efektivitas yang cukup untuk mengobati penyakit yang diderita.
3. TAK SURVEI LAYANAN KESEHATAN
Setiap pelayanan kesehatan yang diberikan, tentu memiliki harga yang harus dibayar untuk mendapatkannya. Dan di masing-masing tempat, harganya berbeda-beda. Jika tak disurvei terlebuh dulu, bisa saja Anda akan mendapatkan layanan kesehatan yang kurang sesuai dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki.
4. ASAL PAKAI OBAT & SUPLEMEN
Membeli obat bebas, antibiotik, suplemen, atau vitamin mungkin sudah umum dilakukan. Namun, bisa saja penggunaan obat-obatan tadi tidak tepat. Misalnya, asumsi penggunaan antibiotik dosis tinggi dan harga mahal agar penyakit lebih cepat sembuh. Padahal, belum tentu hasil terbaik yang didapat, dan yang jelas sudah pasti menyebabkan pemborosan.
5. PENGOBATAN ALTERNATIF UNCONVENTIONAL
Pengobatan alternatif yang unconventional (di luar peraturan) atau tak terbukti manfaatnya secara ilmiah, hanya akan menimbulkan 'lost cost' dalam anggaran pengobatan. Artinya, setelah mengeluarkan biaya untuk terapi alternatif, belum tentu didapatkan hasil yang diinginkan, sehingga akan sia-sia belaka.
6. LUAR NEGERI MINDED
Di kalangan masyarakat tertentu di Indonesia, masih banyak orang yang beranggapan, layanan kesehatan di luar negeri lebih baik daripada di dalam negeri. Dan sebagian besar bukan karena keterbatasan sarana medis, tetapi lebih ke masalah gengsi dan komunikasi dokter-pasien. Padahal, untuk mendapatkan layanan kesehatan di luar negeri mereka perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk bepergian, berikut living cost selama berada di sana.
HIDUP SEHAT TAK SELALU MAHAL
Banyak orang kerap terjebak pemikiran, untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik tentu memerlukan biaya hidup yang tinggi. Padahal, pemikiran itu bisa jadi kurang tepat. Karena, untuk menjaga tubuh agar tetap sehat, bisa diperoleh dengan cara yang murah dan tidak mahal. Antara lain:
1. JAGA ASUPAN MAKAN
Untuk mempertahankan stamina dan kekebalan tubuh, dibutuhkan asupan gizi seimbang dari makanan sehari-hari. Artinya, dalam makanan sehari-hari Anda perlu kelengkapan zat gizi dan asupan kalori yang cukup, sesuai kebutuhan tubuh dan aktivitas sehari-hari.
Selain kalori yang diasup tak berlebihan, juga makanan sehari-hari sebaiknya mengandung zat gizi sempurna. Mulai dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Untuk itu, menerapkan prinsip 4 sehat 5sempurna dalam menu sehari-hari sangat penting dilakukan agar kualitas kesehatan tetap terjaga.
2. OLAHRAGA TERATUR
Jangan lupa, sisipkan jadwal olahraga di sela-seka rutinitas hidup Anda. Paling tidak, olah raga sederhana seperti jalan sehat minimal 30 menit, seminggu 2 kali, sudah cukup memberi kontribusi dalam upaya menjaga kesehatan. Olahraga juga mampu menjaga sirkulasi darah tetap lancar, sehingga metabolisme tubuh berjalan optimal.
3. HINDARI GAYA HIDUP TAK SEHAT
Menghindari kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan juga perlu dilakukan seperti minum alkohol, merokok, kurang istirahat, dan tak pernah olahraga. Kebiasaan buruk tadi bisa meningkatkan risiko efek radikal bebas dan memperbesar risiko penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi, stroke, dan diabetes.
Laili Damayanti
Foto: Romy Palar/Nova
KOMENTAR