Memuaskan hasrat seksual dengan cara yang tidak semestinya sering disebut sebagai kelainan seksual. Pengidapnya tidak memiliki ciri-ciri fisik yang jelas. Apa saja kelainan tersebut?
Kelainan seksual adalah suatu keadaan di mana seseorang memilih obyek seks yang tidak wajar. Misalnya memilih binatang, mayat, anak-anak kecil sebagai obyek seks, atau suka disakiti saat berhubungan seks. Kelainan ini didapat sejak kecil, bisa dari lingkungan pergaulan, akibat trauma, atau kelainan genetika.
Yang terbanyak umumnya memang karena kelainan genetika. "Tapi jangan salah, faktor genetik di sini bukan faktor keturunan. Jadi, jika orang tua memiliki kelainan seksual, bukan berarti anaknya pun demikian. Faktor genetik di sini lebih disebabkan oleh kelainan saat anak berada dalam kandungan dan pembentukan genetik," ujar konsultan seks dan spesialis rehabilitasi, Dr. Ferryal Loetan, ASC & T, DSRM, MMR.
Ferryal menjelaskan, dalam sel perempuan ada disebut gen XX. Sedangkan pada lelaki adalah XY. Namun karena ada kelainan, bisa saja gen ini berubah jadi XXXY atau XYY. Kelainan ini bisa menyebabkan keinginan seseorang berubah, termasuk bentuk emosionalnya. "Namun, sampai sekarang belum bisa dipastikan apa penyebab pasti kelainan pembentukan gen," lanjut Ferryal.
Kelainan seksual juga bisa terjadi akibat trauma. "Penyebab traumanya sendiri beragam dan sulit diketahui, karena bisa jadi si penderita tidak tahu apa yang membuatnya trauma," lanjutnya. Misalnya, pengalaman melihat orang tua melakukan hubungan seksual waktu kecil. Karena belum mengerti hal-hal yang berkaitan dengan itu, persepsi yang salah pun akan menghantuinya. Karena sulit mencari penyebab trauma, maka terapi pun tidak mencari penyebabnya, melainkan mencari jalan keluarnya."
Dampak kelainan seksual akibat faktor lingkungan dan trauma berbeda dari kelainan karena faktor genetik. "Orang dengan kelainan seksual akibat faktor genetik lebih sulit disembuhkan. Namun penderita akibat faktor lingkungan lebih mudah disembuhkan."
Berikut ini adalah macam kelainan perilaku seksual yang paling umum dikenal.
SADISME DAN MASOCHIST
Penderita kelainan ini senang disakiti atau menyakiti saat melakukan hubungan seksual. Sadisme ditandai tindakan menyakiti pasangan seksnya. Sebaliknya, penderita masochist lebih lebih suka disakiti pasangannya.
Ada beragam jenis penyiksaan, dari menampar, menendang sampai mengikat pasangan. Semakin pasangannya tersiksa, penderita sadisme akan semakin puas. Sebaliknya, penderita masochist akan semakin puas semakin ia tersiksa atau tersakiti. Hubungan seksual yang dilakukan pasangan penderita sadisme dan penderita masochist disebut sadomasochist, yaitu hanya dapat menikmati hubungan seksual jika disertai kekerasan atau penghinaan.
Pasangan penderita sadisme dan masochist memang cocok, karena mereka dapat saling memenuhi kebutuhan seksual pasangannya. Tetapi, jika mereka bertemu pasangan dengan kebutuhan seks yang normal, kelangsungan hubungan keduanya akan terganggu. Bahkan, jika penyiksaan dilakukan lelaki penderita sadisme terhadap wanita normal, pasangan wanitanya bisa mengalami vaginismus atau kekakuan pada dinding vagina akibat trauma psikis yang dialaminya.
EXHIBITIONISM
Penderita exhibitionism adalah orang yang sangat ingin mempertunjukkan kelebihannya, terutama kelebihan yang berbau seksual. Misalnya, pada lelaki dengan mempertontonkan atau menonjolkan penisnya.
Di luar negeri, penderita kelainan ini sering berada di taman atau tempat umum dengan menggunakan jas panjang tanpa pakaian dalam. Saat ada orang-orang yang dianggap lemah dan tidak bisa melawan, misalnya perempuan dan anak-anak atau orang tua, ia pun akan mempertontonkan alat kelaminnya. Ia akan mendapatkan kepuasan, bahkan ejakulasi, ketika sang korban berteriak ketakutan.
PHEDOPHILIA
Penderita kelainan ini tertarik pada objek-objek seks yang lemah, misalnya anak-anak kecil. Selain anak kecil, orang yang sudah renta pun bisa jadi obyek seks. "Meski demikian yang paling sering jadi korbannya memang anak-anak," kata Ferryal.
Penderita biasanya melakukan hubungan intim dengan pemaksaan. Kelainan ini bisa terjadi pada lelaki maupun perempuan, tapi cenderung lebih banyak diderita pria, karena pria lebih agresif.
Meski suka dengan anak-anak, penderita phedophilia tidak selalu suka bermain dengan anak-anak. "Mungkin sehari-harinya ia bergaul dengan orang-orang dewasa. Tapi begitu melihat anak, ia bisa tertarik secara seksual."
Seperti halnya penderita kelainan seksual lainnya, penderita phedophilia juga tidak punya ciri khusus secara fisik, termasuk tidak memiliki ciri kewanita-wanitaan (bagi penderita yang lelaki).
HOMOSEKSUAL DAN TRANSEKSUAL
Orang yang tertarik melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis disebut homoseksual. Jika ia lelaki disebut homoseksual atau gay, sedangkan jika perempuan, ia disebut lesbi. Sementara orang yang suka berhubungan seks baik dengan sesama jenis maupun lawan jenisnya disebut penderita biseksual.
Banyak yang menduga, orang dengan kecenderungan homoseksual dapat dilihat dari ciri-ciri fisiknya. Seorang gay akan terlihat dari gerak tubuhnya yang gemulai, sedangkan lesbian dapat ditandai dari penampilannya yang seperti lelaki. Benar demikian?
Ternyata tidak. Menurut Ferryal, ciri-ciri tersebut bukanlah ciri yang pasti. "Orang terkadang rancu antara homoseksual dan transeksual," kata Ferryal. Homoseksual (gay atau lesbi) selalu punya kecenderungan atau ketertarikan seks hanya pada sesama jenis. Sedangkan kaum transeksual adalah orang yang selalu merasa terperangkap dalam badan yang salah.
Penderita transeksual kebanyakan lelaki. Mereka biasanya disebut waria, banci, atau bencong. Mereka merasa dirinya perempuan, tetapi secara fisik lelaki. "Orang seperti ini biasanya benci dengan alat kelaminnya (penis)," kata Ferryal. Akibatnya, penderita transeksual sering berusaha "menyembunyikan" alat kelaminnya.
Penderita transeksual cenderung akan bergaul dan berhubungan dengan kaum transeksual juga, atau mereka yang punya kecenderungan transeksual. "Dengan orang normal sebetulnya bisa, tetapi belum tentu lelaki normal mau bergaul dengan mereka," ujar Ferial.
Dok. Nova
KOMENTAR