Jika menjelang memasuki gerbang usia senja perempuan akan mengalami menopause, maka pria akan mengalami andropause di usia seperti ini. Sayangnya, gejala-gejala andropause tidak sejelas menopause yang bisa terlihat secara fisik, yaitu berhentinya siklus menstruasi.
Nah, agar tak salah kaprah, Dr. Anita Gunawan MS. Sp. And., ahli andrologi yang berpraktik di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) akan memberikan penjelasannya mengenai andropause, sekaligus cara mengatasinya.
Andropause, mulai dikenal di dunia kedokteran pada tahun 1940-an. Kata Andropause diambil dari bahasa Yunani, yaitu andro yang berarti pria dan pause yang artinya penghentian. Jadi, andropause bisa diartikan sebagai berhentinya proses fisiologis pada pria.
Menurut Anita, andropause merupakan proses alami yang terjadi seiring bertambahnya usia pada pria. "Semua pria pasti mengalami andropause, dan gejalanya biasanya mulai terjadi pada pria yang sudah berusia di atas 40 tahun," ucap Anita.
GEJALA ANDROPAUSE
Di dunia kedokteran, lanjut Anita, istilah andropause juga dikenal dengan nama Partial Androgen Deficiency in Aging Male (PADAM). Gejala PADAM ini terjadi ketika produksi hormon testosteron, growth hormone, dan hormon melantonin menurun, sementara hormon prolaktin meningkat.
Perubahan kadar hormon ini mengakibatkan terjadinya andropause yang ditandai oleh perubahan yang dapat terlihat secara fisik. Misalnya, tubuh terasa panas, berkeringat terus-menerus, mudah lelah, insomnia, gelisah, dan timbul rasa takut.
"Emosinya juga mulai terganggu. Istilahnya cranky, moody tapi dia sendiri tidak tahu kenapa bisa begitu," ujar alumni Universitas Brawijaya Malang ini. Oleh karena itulah, biasanya pria yang tengah mengalami masa andropause ini mudah sekali marah atau tersinggung.
Suasana hati yang berubah ini, biasanya membuat pria menjadi kehilangan rasa percaya diri, penurunan motivasi, hingga depresi. Gejala-gejala lain dari androgen juga bisa menyerang vitalitas pria seperti berkurangnya tenaga, menurunnya kekuatan dan massa otot, penumpukan lemak, kehilangan rambut tumbuh, hingga osteoporosis.
Akan tetapi, gejala-gejala di atas jarang sekali disadari kaum pria yang ternyata dirinya sudah terkena andropause. "Biasanya, mereka akan kelabakan jika sudah terjadi gangguan pada fungsi seksualnya," ungkapnya lagi.
Menurunnya libido (gairah seksual) dan disfungsi ereksi adalah beberapa contoh gangguan fungsi seksual yang disebabkan menurunnya kadar testosteron di bawah angka normal. Wajar saja jika gangguan semacam ini dapat membangunkan pria dari tidurnya, karena bagaimanapun, masalah seks merupakan hal penting bagi pria.
Bahkan, menurut Anita, fenomena puber kedua yang terjadi pada kisaran usia ini juga sebenarnya disebabkan karena pria mengalami andropause. "Gejala andropause-lah yang menyebabkan pria berubah tingkah lakunya. Karena dia ingin menunjukkan dirinya masih gagah perkasa atau jantan, maka dia mulai bersolek," jelas dokter yang juga berpraktek di RS Siloam Kebon Jeruk ini.
Berita yang lebih lengkap dan dalam ada di Tabloid NOVA. Belinya enggak repot, kok.
Sahabat NOVA bisa pilih langganan di Grid Store, atau baca versi elektroniknya (e-magz) di Gramedia.com, MyEdisi, atau Majalah.id.
KOMENTAR