Seperti banyak diketahui, hubungan seksual memiliki dua fungsi, yakni fungsi seksual dan fungsi kesuburan. Nah, kualitas sperma berhubungan erat dengan fungsi kesuburan.
Sperma dihasilkan oleh buah zakar (testis). "Ketika seorang pria mengalami ejakulasi, maka ia akan mengeluarkan satu ejakulat (satu porsi) cairan yang disebut semen. Dalam satu ejakulat, selain sperma, juga terdapat cairan (semen)," papar androlog Dr. Nugroho Setiawan, MS, Sp.And.
Sperma yang dihasilkan oleh testis akan terdorong keluar begitu ada rangsangan. Dalam perjalanannya, sperma diberi cairan (semen) yang dihasilkan oleh kelenjar prostat dan kantung mani (vesika seminalis). Jadi, dalam satu ejakulat, ada tiga kelenjar yang bekerja, yaitu kelenjar testis (tubuli seminiferi), kelenjar prostat, dan vesika seminalis. Ini yang menerangkan kenapa pada pria bisa dilakukan vasektomi, tetapi tetap bisa mengeluarkan cairan.
"Pada vasektomi yang terjadi adalah, saluran spermatozoa (duktus deferen) diikat sehingga sperma tidak bisa keluar, tapi semennya tetap keluar karena yang memproduksi kelenjar yang berbeda. Toh, banyak orang awam yang divasektomi merasa tidak mengeluarkan cairan. Padahal, cairan atau semen tetap keluar, tapi spermanya tidak," lanjut dokter dari Klinik Grasia ini menjelaskan.
Jumlah, Gerak, Bentuk
Kualitas sperma ditentukan oleh banyak faktor. Yang paling penting adalah volume (jumlah). "Normalnya, sekali keluar sebanyak 2 sampai 6 mililiter (ml). Jadi, dalam satu ejakulat, terkandung minimal 20 juta ekor spermatozoa per mililiter-nya. Kalau minimal 2 ml per ejakulat, berarti dibutuhkan minimal 40 juta ekor sperma agar terjadi pembuahan," kata Nugroho menjelaskan.
Selain jumlah, yang tak kalah penting adalah gerak sperma. Gerak sperma ada empat macam, yaitu gerak lurus cepat, gerak lurus lambat, gerak di tempat, dan tidak bergerak. "Yang ada gunanya untuk pembuahan adalah yang bergerak maju (gerak lurus cepat dan gerak lurus lambat). Jumlah sperma yang bergerak maju yang dibutuhkan untuk pembuahan minimal 50 persen dari keseluruhan sperma yang keluar," ujar Nugroho.
Sperma juga harus memiliki bentuk normal, minimal 30 persen. "Jika bentuk sperma tidak normal, ia tidak bisa masuk ke rahim wanita untuk melakukan pembuahan. Sperma yang bisa masuk ke dalam rahim wanita adalah yang bentuknya normal dan memiliki gerak bagus," lanjut Nugroho.
Sisanya, yang bentuknya tidak normal dan tidak punya gerak bagus, akan keluar lagi bersama semen. "Biasanya, usai senggama, keluar cairan dari vagina. Nah, yang keluar ini adalah sperma yang bentuknya tidak normal dan geraknya tidak bagus, serta semen. Semen memang 'dilarang' masuk ke rahim wanita. Ia hanya menghantarkan, lalu keluar lagi setelah sperma masuk rahim," kata dokter yang juga praktik di RSI Bintaro ini.
Suhu Lebih Panas
Jika terjadi kelainan pada sperma, entah karena jumlah, bentuk, maupun geraknya, haruslah dicari sebabnya lebih dulu. "Kenapa, kok, jelek, jumlahnya kurang, atau bentuknya tidak normal, harus dicari dulu," jelas Nugroho. "Setelah penyebabnya ketemu, kalau diobati, pasti hasilnya akan lebih bagus."
Jumlah sperma yang normal disebut normozoospermia, jumlah kurang oligozoospermia. Sementara sperma yang geraknya normal disebut normozoospermia, gerak kurang disebut asthenozoospermia, dan bentuk kurang disebut teratozoospermia. "Kalau jumlah, gerak, dan bentuknya kurang, pasiennya disebut oligoasthenoteratozoospermia," jelas Nugroho.
(Bersambung)
Hasto
KOMENTAR