Tidak bercinta selama sebulan, padahal si dia ada di samping kita, rasanya gimanaaa gitu. Mau tahu siasatnya?
Bulan Ramadan tidak hanya identik dengan menahan lapar dan haus, tapi juga menahan keinginan bercinta di waktu subuh hingga menjelang magrib. Wajar saja kalau frekuensi seks jadi menurun hingga 50%, seperti dibuktikan Klinik Pasutri Jakarta pada 2006.
Meski begitu, bukan berarti selama bulan puasa, suami istri yang menjalankan ibadah Ramadan harus kehilangan waktu bercinta. Sama halnya dengan makan dan minum, seks merupakan sebuah kebutuhan, selain sebagai ekspresi cinta. Tinggal pandai-pandainya suami istri mengatur waktu, bukan?
Kalau kata dr. Ferryal Loetan, ASC&T, Sp.RM, M.Kes., MMR., waktu yang tepat untuk bercinta di bulan puasa adalah selepas Tarawih dan sebelum sahur. Pertimbangannya, menurut seksolog dari RS Persahabatan, Jakarta ini, waktu selepas Tarawih dapat digunakan karena rentang waktunya panjang, selain pasangan juga biasanya sudah selesai menunaikan semua rutinitas ibadah. Sedangkan sebelum sahur setelah tidur beberapa jam, kondisi fisik pasangan sudah segar. Agar tidak terburu waktu beduk subuh, sebaiknya pasangan bangun 2 jam sebelum sahur sehingga masih tersedia waktu untuk membersihkan diri, menyiapkan hidangan, dan makan sahur.
Nah, waktu mana yang akan dipilih, tergantung kepada setiap pasangan. "Ini menyangkut aktivitas, kondisi fisik, dan waktu luang yang dimiliki," ujar Ferryal. Pasangan yang keduanya ada di rumah saat berbuka tentu memiliki keleluasaan lebih dalam mengatur waktu bercinta, apakah selepas Tarawih ataupun sebelum sahur. Berbeda dari pasangan yang keduanya bekerja sampai malam, lebih baik memilih waktu sebelum sahur. Pertimbangannya, ya kondisi fisik. "Setelah beristirahat tidur di malam hari hingga beberapa jam menjelang sahur kondisi fisik sudah kembali bugar. Seks hangat dan menggairahkan pun siap dimulai. Setelah itu, pasangan dapat melakukan mandi besar bersama, dengan air hangat pula. Kemudian menyiapkan santap sahur dan makan bersama. Menyenangkan bukan?" urai Ferryal.
Meski begitu, Ferryal menyerahkan sepenuhnya pemilihan waktu ini kepada pasangan. "Masing-masing pasanganlah yang paling tahu waktu terbaik untuk saling memuaskan." Yang pasti, pemilihan waktu sangat berdampak pada kepuasan seks. Jika waktu yang dipilih tepat, maka pasangan bisa saling memuaskan. Sebaliknya, pemilihan waktu yang salah berisiko seks terganggu sehingga tidak memuaskan salah satu pasangan.
AGAR SEKS MENYENANGKAN
* Hindari seks di saat perut kenyang.
Hubungan seks saat kenyang berisiko menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya sakit perut karena makanan dalam lambung belum sepenuhnya dapat dicerna. Itulah mengapa, meskipun ada waktu luang yang dapat dimanfaatkan, hindari berintim-intim langsung sehabis berbuka puasa. "Okelah pasangan tidak makan makanan berat, melainkan hanya camilan, tapi apakah fisik pasangan sudah siap untuk memulai 'pertempuran' setelah belasan jam perut keroncongan?" ujar Ferryal.
Lagi pula seusai berbuka ada banyak ritual ibadah yang sebaiknya dilakukan, seperti tadarus dan Tarawih sehingga konsentrasi untuk berintim-intim mungkin tidak optimal. Selepas Tarawih yang umumnya berada pada 2-3 jam setelah berbuka, makanan sudah dicerna. Fisik pun sudah pulih setelah seharian berpuasa. Karenanya, berintim ria setelah makan sahur pun tak dianjurkan. Selain karena mungkin waktunya terbatas, perut pun dalam keadaan kenyang.
* Hindari quick sex atau seks instan di bulan puasa.
Memang, bukan berarti sama sekali dilarang, tapi keseringan melakukan seks cepat dikhawatirkan membuat salah satu pasangan tidak terpuaskan. Ini karena seks cepat hanya memuaskan suami, tapi jarang sekali istri. Jika ini dilakukan terus-menerus, bukan tak mungkin nilai hubungan seks jadi berkurang.
KOMENTAR