Jarak kehamilan dan kelahiran yang dekat tak seharusnya menimbulkan konflik suami-istri. "Apalagi bila kehamilan sudah direncanakan, tinggal membesarkannya bagaimana," papar Dra. Henny Eunike Wirawan, M. Hum dari Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, Jakarta,
Justru, lanjut Henny, memiliki 2 anak dengan jarak kelahiran berdekatan (setahun misalnya) ada sisi positifnya. "Malah enak, karena mengurusnya enggak harus 2 kali. Yang harus jadi pertimbangan adalah kesibukan pasangan suami istri serta kesiapan punya 2 anak kecil dalam waktu bersamaan. Contoh kecil, karena jarak yang berdekatan, kedua anak sama-sama masih menyusu," lanjutnya.
Hal lain adalah apakah sang ibu akan membesarkan keduanya sendiri, ataukah butuh dibantu. Hal-hal seperti inilah yang harus dipertimbangkan sebelum merencanakan punya anak dengan jarak kelahiran berdekatan.
Faktor Finansial
Di sisi lain, kondisi rahim juga harus jadi pertimbangan. Untuk memulihkan kondisi rahim usai melahirkan, dibutuhkan waktu sekitar 2 tahun, apalagi jika kelahiran sebelumnya dengan operasi caesar.
"Jadi, idealnya beda usia kakak-adik sekitar 2- 5 tahun. Kalau sangat jauh juga repot. Bisa-bisa sudah lupa cara merawat bayi," lanjut Henny. Jika tak siap punya 2 anak dengan jarak kelahiran berdekatan, sebaiknya ditunda.
Jarak kelahiran yang terlalu dekat bisa menimbulkan masalah jika tak dikomunikasikan. Namun, menurut Henny, "Sebetulnya bukan hanya kelahiran jarak dekat yang bisa memicu konflik. Kelahiran jarak jauh pun bisa. Mau jarak berapapun, kalau mau konflik bisa saja."
Jadi, lanjutnya, bukan soal berapa beda usia anak. Hanya memang, bila jarak kelahiran antara anak pertama dan kedua terlalu dekat, kerepotannya jadi ganda. Apalagi bila tak ada yang membantu. Selain faktor waktu dan tenaga, kesiapan finansial juga harus jadi pertimbangan. Membesarkan 2 anak kecil sekaligus tentu butuh biaya lebih besar.
Hasto Prianggoro
KOMENTAR