Yang menarik, bayi lebih suka mendengar suara yang datang dari arah depan. Belum diketahui dengan jelas apa penyebabnya. Bisa jadi alasannya sama dengan orang dewasa. Coba saja bila kita mengajak seseorang bicara atau diajak berbicara, maka lebih enak bila bertatapan, kan? Begitu juga dengan bayi, ia akan merasa gembira dan tersenyum bila orang bicara di depannya. Sedangkan bila ada orang bicara dari jauh, ia tak akan bereaksi. Bayi pun lebih menyukai suara wanita ketimbang laki-laki. Mungkin ini menjawab pertanyaan, mengapa bayi lebih dekat dengan ibunya karena suara tersebut lebih menenangkan baginya.
Menurut Apleton, pakar neurologi perkembangan, berbeda dengan indra penglihatan yang memerlukan waktu, kemampuan fungsi pendengaran bayi sejak lahir sudah baik dan terlatih sehingga mudah diketahui bila ia memiliki kelainan pendengaran. Walaupun demikian, tentunya mengetes seorang bayi yang tuli kadang sulit karena komunikasi masih sulit dijalankan. Lain halnya dengan pasien dewasa, biasanya cukup dengan menggunakan audiometer bisa dites pendengarannya karena mereka sudah dapat merespon suara dengan memencet suatu tombol.
Nah, bayi belum dapat melakukannya. Jadi, untuk mengatasi hal tersebut biasanya para dokter akan menggunakan alat yang disebut BERA (Brain Evoked Response Audioretry). Melalui alat ini, bayi diperdengarkan suara, lalu dilihat rekaman otaknya. Nah, dengan melihat rekaman otaknya secara obyektif, dokter bisa tahu apakah ada gangguan di pendengaran atau tidak. Selain itu, juga akan kelihatan apakah gangguan pendengaran ada di gendang telinga, di daerah saraf otak, atau di pusat otaknya. Bila kelainan ada di gendang pendengaran masih bisa diperbaiki dengan jalan operasi. Yang paling parah bila tak ada saraf pendengaran, ia tak akan bisa mendengar.
3. Indra Pengecap Bayi sudah bisa mengecap sejak lahir. Ia bisa tahu, apakah air susu yang diberikan kepadanya adalah air susu ibunya ataukah dari orang lain. Ia pasti akan menolak bila diberikan air susu orang lain karena ia merasa, kok, lain rasanya. Itulah mengapa, bayi jadi rewel bila diberi susu lain ataupun formula setelah merasakan air susu ibunya. Ia pun jadi ogah kala diberi ASI lagi karena sudah terbiasa dengan rasa susu formula. Ini semua membuktikan, kemampuan mengecapnya sudah cukup baik.
Saat mendapatkan makanan tambahan pun, bayi juga bisa mengetahui rasa makanannya, apakah manis atau asin. Makanya benar bila ada orang mengatakan, bayi jangan dulu diberi yang manis-manis karena kalau sudah kebiasaan manis, ia akan menolak diberi yang tak manis. Untuk indra yang satu ini, jarang sekali terjadi kelainan karena saraf pengecapan adanya di lidah dan papil-papil lidah atau tonjolan di lidah. Papil-papil inilah yang membuat adanya rasa manis, asin, dan pahit. Sangat jarang ditemukan pupil-pupil lidah tak terbentuk pada bayi. Jadi, tak perlu khawatir, Bu-Pak.
4. Indra Penciuman
Pada minggu pertama bayi sudah dapat mencium bau dari ibunya. Bau tersebut dirasakan begitu khas sehingga bila ada orang lain yang baunya berbeda mendekatinya, ia akan merasa tak senang. Sebagai contoh, seorang ibu memberikan susu pada bayinya, lalu ada orang lain yang iseng mencoba menawarkan susu pula, pastilah si bayi akan menolaknya karena bau tubuh orang tersebut berbeda dengan ibunya. Selain itu, bayi juga dapat melokalisir bau. Itulah mengapa, kala sang ibu lewat, misalnya, si bayi akan menolehkan kepalanya. Sebagaimana indra pengecapan, kelainan indra penciuman juga jarang ditemukan pada bayi. Polip, misalnya, biasanya ditemukan setelah usia anak lewat setahun. Dengan demikian, jarang sekali menimpa bayi.
5. Indra Peraba Fungsi perabaan secara kasar sudah terbentuk sejak bayi lahir. Terbukti, bayi sudah bisa merasakan panas dan dingin. Sehingga bila ia merasa kepanasan, ia akan menangis sebagai tanda protes. Begitu juga bila ia merasa kedinginan.
Faras Handayani/nakita
KOMENTAR