Hati-hati, lo. Kebiasaan "malak" pada si kecil bisa membuatnya berkembang jadi "pemeras" di kemudian hari. Ia harus segera diarahkan!
Bila kita amati, ada anak usia ini yang suka "malak" alias minta uang pada kerabat yang bertandang ke rumahnya. Bahkan, ada yang berani "malak" pada teman dekat ayah atau ibunya. Bikin malu orang tua, kan! Apalagi tak jarang, sesudah diberi uang, si kecil malah protes minta lebih, "Ya, masak cuma gopek? Gopek lagi, dong, Tante!"
Perilaku "malak" pada anak usia prasekolah, menurut Rahmitha P. Soendjojo, bisa merupakan hasil peniruan dari lingkungan sekitar. "Anak melihat orang tuanya punya kebiasaan seperti itu. Misalnya, kala tak punya uang, ibunya selalu meminta uang pada neneknya." Bisa juga karena ia melihat para sepupunya atau tante/oomnya kalau datang ke rumah selalu minta uang pada ibu/ayahnya atau ibu/ayahnya selalu memberi uang bila keponakan-keponakan datang. "Sehingga ia melihat, yang diomongin di lingkungannya itu duit melulu. Jadilah, ia belajar, oh, untuk mendapatkan duit itu caranya seperti itu. Menirulah ia," jelas psikolog dari Data Informasi Anak, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, Jakarta ini.
Apalagi kala ia melakukan untuk pertama kalinya, orang di sekelilingnya tertawa dan menganggapnya lucu. Sehingga ia melihat, ternyata aku mendapatkan uang dan enggak ada orang lain yang komplain. Maka, kala ada kesempatan, ia pun mencobanya lagi dan ia juga tetap mendapatkan uang lagi. Akhirnya ia belajar, meminta itu boleh dan aku bisa minta kepada siapa saja.
DIAJARKAN ORANG TUA
Namun yang umumnya terjadi, anak "malak" karena kurang pengajaran dari orang tua. "Anak tak diajarkan apa saja yang boleh ia minta pada orang lain dan mana yang seharusnya dimintakan pada orang tuanya," tutur Mitha, panggilan akrabnya. Seorang anak seharusnya meminta kepada orang yang bertanggung jawab pada dirinya, yaitu orang tuanya. "Nah, itu yang kadang lupa diajarkan orang tua pada anak."
Walaupun tentunya anak juga perlu tahu, apakah segala sesuatu itu harus diminta, apakah tak bisa mengusahakan sendiri. Misalnya, "Aku kepingin tabunganku diisi, tapi bagaimana caranya, ya? Aku, kan, diberi uang saku, berarti aku harus bisa ngirit agar sisanya bisa kutabung." Nah, proses-proses demikian, menurut Mitha, seharusnya ditanamkan pada anak oleh orang tua. Ada kalanya anak "malak" karena ingin mencari perhatian. Pun kalau orang tua marah melihat perilakunya itu, "malah ia akan sengaja melakukannya." Karena ia berpikir, "Biasanya kalau aku minta duit sama orang lain, Mama suka ngomel-ngomel." Jadi, yang dicari adalah omelan ibunya; karena dengan mengomel, berarti ibunya memperhatikan.
JADI PEMERAS
Namun tak tertutup kemungkinan juga, tanpa sadar orang tua sendirilah yang mengajari anaknya berbuat demikian. Ada, kan, orang tua yang bilang pada anaknya, misalnya, "Tuh, Nenek datang, minta duit sama Nenek untuk ditabung." Padahal, dengan berkata seperti itu, orang tua secara tak sengaja telah mengajari anak untuk mempunyai kebiasaan "malak".
Orang tua, tutur Rahmitha, harus memahami bahwa perilaku "malak" akan berakibat panjang. "Anak akan berpikir, ternyata untuk mendapatkan uang ada cara yang lebih mudah, yaitu dengan minta. Siapa yang diminta, terserah. Dengan demikian, anak tak belajar bagaimana cara mendapatkan uang, bahwa mendapatkan uang itu harus dengan bekerja keras." Anak juga akan berpikir, kalau ketemu kakek-nenek pasti akan mendapat uang. Akibatnya, ia hanya mau bertemu atau berkunjung ke kakek-neneknya kalau ada uangnya saja.
"Itu, kan, suatu asosiasi yang tak benar," tukas Mitha. Lebih jauh lagi, jika perilaku "malak" menjadi suatu kebiasaan, maka anak akan tak mengenal etika. "Dengan seenaknya ia meminta uang pada orang lain." Dampak yang lebih dalam lagi, ia akan punya persepsi bahwa meminta adalah cara paling mudah untuk mendapatkan uang. "Jadi, anak tak dipupuk untuk bagaimana berusaha mendapatkan uang, bahwa uang itu tak bisa didapat tanpa adanya usaha."
Yang lebih parah, karena ia sudah merasa keenakan dengan perilakunya itu, lama-lama ia bisa bertindak kriminal. Misalnya, memeras teman-temannya yang lebih kecil di sekolah. Oleh karena itu, saran Mitha, pada orang tua yang mendukung anaknya "malak", kita wajib mengingatkan bahwa anak bukan sumber mencari uang. Mungkin caranya bisa dengan bergurau. Misalnya, "Gila, kamu! Masak, sih, kamu ngajarin anak kamu minta-minta begitu."
KOMENTAR