Jangan buru-buru mengatakan si kecil kidal. Anak batita memang suka menggunakan tangan kirinya. Mengapa begitu?
"Anak saya sering sekali memakai tangan kirinya. Mengambil mainan,salaman, makan, sering pakai tangan kiri. Kan, kurang sopan, ya? Padahal sudah saya ajari, lo," tutur Anissa, ibu seorang putri usia 2 tahun.
Seperti Anissa, banyak ayah dan ibu cemas jika putranya lebih sering menggunakan tangan kiri ketimbang yang kanan. Apalagi, tangan kiri sering dijuluki "tangan jelek" dan tangan kanan sebagai "tangan manis". Tak heran bila sejak kecil, anak selalu diajari memakai tangan kanan. Banyak juga orangtua khawatir, jangan-jangan si kecil kidal.
Sebaiknya jangan buru-buru memvonis si kecil kidal. Sebab, seperti dijelaskan psikolog Dra. Yulia S. Singgih D.,"Setiap anak, mula-mula memakai tangan kiri, tangan kanan, dan seringkali berubah-ubah. Jadi, kalau dia pakai tangan kiri, bukan berarti tangan kirinya yang lebih kuat, lebih terampil. Tidak. Itu karena anak usia 1-3 tahun masih berfluktuasi."
Eisenberg, Murkoff & Hathaway dalam bukunya yang sudah dialihbahasa, Anak di Bawah Tiga Tahun: Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan, menulis, kecenderungan penggunaan tangan biasanya belum jelas sampai usia 3 tahun. Bahkan kadang hingga di atas usia 3 tahun hingga orangtunya mengira ia kidal. Yang jelas, di tahun-tahun awal ini, sering terjadi anak tampak ambidextrous, dengan bebas mereka menggunakan kedua tangannya sampai mereka memutuskan mana yang lebih "enak". Sekitar 20 persen anak tak pernah memilih salah satu tangannya, dan tetap ambidextrous dalam derajat tertentu. Beberapa anak ambidextrous dapat menggunakan keduanya untuk semua jenis pekerjaan. Misalnya, menggunakan tangan kanan untuk makan, tangan kiri untuk melempar.
Bagaimana dengan si kidal? Menurut Eisenberg dkk., 5-10 persen orang ditakdirkan kidal. Jika kedua orangtuanya kidal, maka lebih dari 50 persen kemungkinan anak mereka juga akan kidal. Jika hanya satu orangtua yang kidal, kemungkinan itu turun hingga 17 persen. Dan bila ayah-ibunya tak kidal, kemungkinan ini turun lagi sampai 2 persen.
CARI PERHATIAN
Mereka yang menganggap kidal sebagai keturunan, tutur Yulia, lebih karena sudah terbiasa dengan lingkungannya di mana ada yang menggunakan tangan kiri. "Karena kakeknya pakai tangan kiri dan pamannya atau saudara-saudaranya yang lain ada beberapa yang pakai tangan kiri, seolah-olah dianggap keturunan. Padahal, belum tentu karena keturunan," terangnya.
Yulia melihat, lingkungan lebih berpotensi terhadap pemakaian tangan kiri atau kanan pada anak. "Bisa saja anak meniru dari lingkungannya, sehingga ia lebih suka memakai tangan kirinya ketimbang tangan kanan," katanya. Atau bisa juga karena anak ingin mendapatkan perhatian dari orangtua. "Jika saya pakai tangan kiri, Ibu jadi memperhatikan saya, jadi ngajarin saya. Bisa saja begitu, kan? Tapi ini tentunya tak disadari bahwa ada keinginan untuk mendapatkan perhatian dari lingkungan," lanjut koordinator Pusat Bimbingan dan Konsultasi Psikologi (PBKP) Universitas Tarumanegara Jakarta ini.
Karena itu, Yulia menekankan, betapa penting faktor pendidikan dalam hal ini. "Kita harus mengajari anak memakai tangan kanan. Menulis, mencoret, atau apa saja, pakai tangan kanan. Lama-lama, dengan arahan orang-orang di sekelilingnya, anak jadi lebih banyak memakai tangan kanan," tutur dosen pada Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara Jakarta ini.
Tapi mengapa harus tangan kanan? Alasannya, menurut Yulia, lebih karena faktor budaya. "Kita lihat, di semua kebudayaan kebanyakan pakai tangan kanan. Juga, semua peralatan yang ada sebetulnya diperuntukan bagi orang yang memakai tangan kanan. Pakai baju pun begitu," paparnya. Dengan demikian, si kecil akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
HARUS DIDUKUNG
KOMENTAR