Perkembangan dan kemajuan zaman ternyata juga diiringi dampak buruk bagi masyarakat, yaitu meningkatknya penyakit non infeksi. "Salah satunya penyakit kanker kolorektal," ujar Ketua PB Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia, Prof. dr. Marcellus Simadibrata, PhD, SpPD-KGEH, FINASIM, FACG, FASGE saat acara Media Gathering "Aksi Lancar Dulcolax: Waspadai Sembelit Kronis dan Komplikasi', Senin (3/6) lalu di Dago,
Bandung.
Di Indonesia, 19,1 per 100.000 populasi laki-laki dan 15,6 per 100.000 populasi perempuan menderita kanker kolorektal. Dilihat dari segi angka, memang Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara Eropa.
"Tapi, berhubung populasi masyarakat di Indonesia terbesar di dunia, jadinya angka ini termasuk banyak." terangnya.
Sementara itu, Brand Manager Dulcolax, Indra Sugiharto, mengatakan, masyarakat perlu diberikan pendidikan dan pengertian mengenai bahaya sembelit, karena ini bisa menyerang siapa saja. "Masyarakat harus diberikan pengertian mengenai bahaya sembelit, karena bisa menyebabkan kanker usus jika sudah kronis," tegasnya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PB Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia, Dr. dr. Ari Fachrial Syam SpPD-KGEH, FACG, mengatakan, masih banyak faktor lainnya yang membuat masyarakat di kota besar menjadi stres dan berakibat pada sembelit, yang mengancam tubuhnya. "Mikirin uang sekolah anak, biaya hidup, dan biaya-biaya lainnya juga dapat bikin orang stres," Ari.
Untuk itu, Ari menyarankan masyarakat di kota-kota besar sebisa mungkin menghindari stres, yang akan berdampak tidak baik untuk tubuh. Dengan adanya pengertian mengenai bahaya sembelit, diharapkan masyarakat bisa menjaga pola hidup sehat dengan menerapkan olahraga, megonsumsi makanan berserat, serta minum air putih cukup. Pola hidup sehat ini bisa menjaga masyarakat terhindar dari sembelit. Dan untuk memperlancar BAB masyarakat bisa mengkonsumsi laktasit yang mengandung bisacodyl sehingga aman bagi pencernaan.
Hasto
KOMENTAR