"RSL bisa terjadi pada segala usia, tapi lebih sering menyerang orang berusia 40 tahun ke atas," kata Dr. Rimawati Tedjasukmana, Sp.S. Biasanya, gerakan kaki terjadi spontan, dan tak bisa dicegah layaknya orang sedang "pencak silat".
Gejala yang timbul pun beragam, dari rasa tak enak yang sulit dijelaskan, kaki terasa panas seperti terbakar, kesemutan, dan lainnya. Penderita akan merasa lebih nyaman setelah kaki digerak-gerakkan atau berjalan.
Gejala RLS biasanya lebih sering muncul di malam hari, terutama setiap kali mau tidur. "Akhirnya, keluhan yang muncul, si penderita tak bisa tidur (insomnia), baik susah memulai tidur maupun sulit mempertahankan tidur."
Meskipun akhirnya bisa terlelap, seringkali muncul gejala ikutan, yaitu periodic limb movement disorder (PLMD) atau gerakan kaki yang muncul di saat tidur. Gerakan ini juga spontan. Meskipun hanya gerakan kecil, tapi cukup mengganggu dan membuat penderitanya terbangun.
Penyebabnya pun belum diketahui. Sebagai catatan, tak semua penderita RSL mengalami PLMD dan sebaliknya, atau keduanya. RLS biasanya bersifat periodik. Bisa timbul beberapa lama, lalu hilang dan timbul lagi. RLS terjadi akibat adanya kekurangan neurotramsmitter, zat kimia di otak yang bernama dophamin.
Yang terganggu adalah saraf tepi. Fungsi dophamin umumnya untuk mengatur gerakan. Contohnya penderita penyakit Parkinson yang mengalami tremor atau susah berjalan. "Itu karena mereka kekurangan dophamin." Pemberian dophamin bisa juga menjadi diagnosa RLS. Bila setelah diberi dophamin sembuh, berarti memang RLS.
Meski penyebabnya belum diketahui secara pasti, sejumlah kasus dihubungkan dengan diabetes dan gagal ginjal. Beberapa lainnya juga dihubungkan dengan kurangan zat besi. Zat besi ini merupakan pembentuk dophamin. "Di luar itu, RLS bisa juga terjadi pada orang yang tak punya riwayat penyakit diabetes atau gagal ginjal," lanjut Rimawati.
Pengobatan RLS sebetulnya juga sangat mudah, yakni dengan mengonsumsi obat pengganti dophamin. RLS juga bisa sembuh dengan sendirinya. "Banyak orang, bahkan dokter, yang belum tahu RLS. Akhirnya diberi obat macam-macam. Dan karena kebanyakan keluhan yang datang adalah insomnia, lalu yang diberikan adalah obat tidur, jadi tak menolong sama sekali," lanjut Rimawati.
Pengobatan RLS bisa sangat mengganggu penderita. Contoh ekstremnya, penderita RLS selama 3 bulan tak bisa tidur. "Bayangkan, tak tidur selama 3 bulan. Kualitas hidupnya pasti akan turun."
Jika RLS terjadi akibat adanya riwayat penyakit diabetes atau gagal ginjal, selain RLS-nya, penyakitnya pun harus disembuhkan. Begitupun jika kekurangan zat besi. "Harus ditambah konsumsi makanan dan suplemen untuk menambah zat besinya," saran Rimawati.
Sementara untuk mengurangi gejala, pijatan dan berendam di air hangat bisa membantu. Selain orang dewasa, RLS juga ternyata bisa menyerang anak-anak. Gejalanya sama, penyebabnya pun belum ketahuan.
Hanya saja, RLS pada anak-anak biasanya bersifat familial. "Artinya, di dalam keluarganya bukan hanya anak itu yang menderita. Saudaranya, orang tuanya, atau kakeknya pun menderita."
Hasto
KOMENTAR