Bagaimana mau sehat, jika setiap kali tubuh masih dikontaminasi racun yang berasal dari makanan sehari-hari? Residu pestisida, sisa hormon pemacu pertumbuhan, kandungan antibiotik, MSG (monosodium glutamat), bahan pengawet, dan bahan tambahan lain yang bisa berdampak negatif pada tubuh.
Jika terkonsumsi, bahan-bahan ini harus dikeluarkan dari tubuh melalui sistem ekskresi tubuh. Sayangnya, apabila organ-organ ekskresi bekerja terus menerus, akan ada dampaknya. Yaitu munculnya penyakit ringan seperti influenza, hingga yang sistemik seperti diabetes, kolesterol, hipertensi, bahkan kegagalan fungsi organ yang merupakan ancaman jangka panjang dari mengonsumsi makanan tak sehat.
Salah satu yang bisa meminimalisasi ancaman itu adalah pola hidup sehat. Ini bisa dimulai dengan mengonsumsi makanan yang minim toksin. Makanan ini dikenal sebagai makanan organik: makanan bebas bahan tambahan dan diproses dengan metode, material, dan manipulasi buatan, seperti pematangan secara kimiawi, radiasi makanan, dan modifikasi genetik. Makanan organik bermanfaat membuat kerja organ jadi lebih ringan. Dampak jangka panjangnya, daya tahan tubuh jadi meningkat. Konsumen produk organik akan merasakan tubuhnya jadi lebih bugar dan tak mudah terserang penyakit.
"Dampak positif liannya, bisa menurunkan risiko gejala alergi, asma, jerawat, dan dermatitis. Orang-orang dengan alergi yang mengonsumsi produk organik pun akan merasakan gejalanya jadi lebih jarang timbul," papar dr. Angela C. Ardhianie N., kosultan kesehatan dari Healthy Choice, Indonesia.
Benarkah Organik?
Produsen bahan makanan organik yang mengklaim produknya sangat sehat dikonsumsi dan bebas kontaminasi bahan kimia, kini makin banyak saja. Tak hanya produk pertanian segar seperti sayur dan buah, tapi juga produk peternakan, olahan, dan bumbu dapur.
Saking banyaknya produk yang mengklaim organik, adakalanya timbul tanda tanya, apakah semuanya benar-benar organik? Lantas bagaimana memastikan itu produk benar-benar organik? Bagaimana pula jika produknya merupakan olahan seperti kecap atau bumbu masak?
Untuk menjawabnya, Angela menekankan, yang dimaksud organik sebenarnya lebih mengacu pada proses dan jaminan bebas bahan kimia maupun rekayasa genetik. Maka, perlu dilakukan sertifikasi oleh badan berwenang yang juga melakukan standarisasi dan penyelidikan terhadap proses produksi terhadap produk organik.
Beberapa badan berwenang yang memberikan ijin sertifikasi ini di antaranya Eco-regulation (Uni Eropa), The National Organic Program (Departemen Pertanian Amerika), National Association for Sustainable Agriculture Australia - Organic Standard, Canada Gazette dan Government of Canada, National Program for Organic Production (India), JAS/ Japan Agricultural Standards (Jepang), Agriculture Biologique (Perancis).
Untuk petani organik dalam negeri, tak harus keluar negeri untuk mendapatkan sertifikasi organik dari lembaga tadi. Melalui himpunan petani organik maupun lembaga fasilitator seperti Bio-cert, petani organik sudah bisa mendapatkan sertifikasi.
Produk pertanian seperti beras, sayur, buah, rempah-rempah, kacang-kacangan, dan kopi dikatakan layak sebagai produk organik jika proses produksinya sesuai standar yang ditetapkan.
Mulai dari bibit tanaman bebas rekayasa genetik, tanah bebas bahan kimia, proses penanaman bebas penggunaan bahan kimia dan hormon, hingga ke level aman dari kontaminasi pertanian konvensional yang pakai bahan kimia, seperti pupuk anorganik dan pestisida.
Untuk memastikan tanah yang akan digunakan bebas bahan kimia, setidaknya lahan sudah didiamkan selama 5 tahun setelah digunakan pertanian konvensional. Di sekeliling lahan sebaiknya ada sungai mengalir dan berjarak cukup jauh dari pertanian konvensional.
Lahan juga idealnya dilengkapi pohon pembatas yang tinggi sehingga mampu menghalau jika pertanian konvensional terdekat sedang melakukan penyemprotan pestisida atau pupuk kimia. Pada peternakan pun tak jauh berbeda. Mulai dari pemilihan bibit yang bebas rekayasa, pakan berasal dari pertanian organik saja, tak menggunakan hormon pemacu pertumbuhan, hingga antibiotik dalam pemeliharaan hewan.
Barulah itu bisa dipastikan, baik daging, susu, telur, dan lainnya sebagai produk organik. Untuk produk olahan seperti kecap, saus, minyak, olahan susu, dan sejenisnya, setidaknya 90-95 persen bahan yang digunakan adalah produk organik.
Laili Damayanti
KOMENTAR