Kram
Lain dengan kesemutan, kram merupakan sinyal tubuh yang menyebabkan rasa nyeri dan tegang pada otot tertentu. Pada dasarnya kram merupakan akibat dari otot yang mengalami spasme atau kontraksi berlebihan.
Kontraksi ini dihasilkan aliran listrik dari syaraf yang terlalu besar dan berlangsung terus menerus. Bedanya dengan kesemutan, tak ada kerusakan pada syaraf yang menyebabkan ketidaknormalan reaksi otot itu.
Nah, akibat terus menerus teregang, reseptor nyeri oleh syaraf dalam otot mengirimkan sinyal, sehingga orang merasakan nyeri bersamaan dengan ketegangan yang terjadi. "Sebelum otot diken¬durkan, reseptor akan menangkap terus rasa nyeri," ujar Yusak.
Kasus kram, sebagaimana kesemutan, juga bisa disebabkan hal yang normal maupun penyakit. Untuk kram yang normal biasanya terjadi akibat kondisi tubuh yang lelah. Misalnya, setelah olahraga terlalu keras, kurang istirahat, kurang cairan, dan posisi tidur monoton. Kondisi ini memberi kontribusi terjadinya ketidaknormalan aliran listrik dari syaraf ke target otot.
Pada kram yang disebabkan penyakit, ada bermacam penyebab dan mekanisme terjadinya. Misalnya, kram seluruh tubuh akibat toksin kuman tetanus yang memicu ketegangan otot berlebih. Biasanya kram akibat infeksi kuman tetanus disertai gejala lain seperti demam dan luka.
Ada pula kram lokal atau dystonia fokal, yang muncul berulang pada posisi-posisi tertentu ketika melakukan aktivitas. Misalnya, saat menulis tiba-tiba tangan kram dan sulit digerakkan. Atau, saat menoleh ke samping atau mendongak ke atas tiba-tiba leher kaku dan tak bisa digerakkan.
Biasanya gejala ini muncul saat sudah dewasa, bukan sejak lahir. Namun penyebabnya beragam, bisa diakibatkan hipoksia (kurang oksigen) ketika proses persalinan tak lancar, trauma, stroke, dan keracunan gas karbon monoksida.
Berbagai sebab itu lalu mengganggu proses pengiriman perintah dari otak melalui neurotransmitter ke target oto t. Kram dengan dystonia diklasifikasikan sebagai penyakit syaraf dan memerlukan obat-obatan untuk mengurangi ketegangan yang terjadi.
Kedutan
Banyak orang sering mengaitkan fasikulasi atau kedutan dengan mitos-mitos yang absurd. Kedutan pada masyarakat tradisional sering dianggap sebagai firasat karena munculnya cukup mengganggu dan berlangsung terus menerus.
Namun, dalam dunia kesehatan, kedutan sebenarnya salah satu sinyal yang diberikan oleh tubuh melalui otot. Tak jauh berbeda dengan kram, kedutan merupakan hasil aliran listrik syaraf tak normal pada otot.
Bedanya, jika pada kram terjadi gelombang listrik yang terlalu besar, sedangkan kedutan terjadi aliran listrik secara involuntir, atau tanpa disadari dan terjadi terus menerus. Kontraksi ini diteruskan melalui syaraf pada target otot diluar kontrol.
Yusak menganalogikan, ibaratnya orang menerima informasi secara berlebihan dan sudah overload. Lama kelamaan akan melakukan hal-hal di luar normal, karena menerima informasi yang berlebihan.
Umumnya, kedutan terjadi pada bagian tubuh yang lelah seperti wajah, tangan, kaki, dan dada. Sifat lelahnya bukan diakibatkan aktivitas berat, tapi dilakukan dalam jangka waktu panjang di luar batas normal, sehingga memicu kelelahan. Misalnya, terlalu lama menggunakan komputer, kurang tidur, bekerja terus menerus tanpa istirahat, atau lainnya. Pada kondisi stres, kedutan akan semakin parah, bahkan kontraksi tanpa sadarnya akan semakin kuat.
Kedutan juga bisa merupakan pertanda gejala neuropati seperti ALS (amyotrophic lateral sclerosis). Gangguan ini merupakan penyakit degeneratif yang biasanya diidap orang-orang lanjut usia di atas 50 tahun.
Namun, umumnya kedutan akibat ALS tak terjadi secara mandiri, melainkan disertai gejala lain, seperti kesemutan dan kelemahan pada anggota gerak seperti tangan dan kaki. Jika disertai kelemahan pada otot napas, serangan penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Jantung Berdebar
Kadang kala di saat tertentu Anda merasa terganggu dengan rasa tak nyaman akibat jantung yang berdebar. Jantung berdebar yang dalam istilah medis dikenal dengan palpitasi pada kondisi normal dapat disebabkan banyak faktor.
Kelelahan, reaksi hormonal, cemas, dan mengonsumsi kafein seringkali dianggap sebagai pemicu terjadinya peningkatan irama jantung. Sifat otot jantung yang bekerja secara autoregulasi atau tanpa diatur menyebabkan ia mudah merespons kondisi tubuh.
Misalnya, akibat bahan yang dikonsumsi, aktivitas yang dilakukan, peningkatan hormon tiroid, hingga kandungan oksigen dalam darah yang rendah. Semua penyebab itu membuat reseptor syaraf pada otot jantung menerima sinyal untuk meningkatkan kinerja jantung.
Pada kondisi tak normal atau dicurigai sebagai akibat penyakit, jantung berdebar bisa jadi merupakan gejala takikardia sinus (aritmia). Takikardia sinus ini dapat disebabkan gagal jantung kongestif.
Namun, tentu saja gejala jantung berdebar yang merupakan tanda penyakit jantung umumnya tak berdiri sendiri, tapi diiringi gejala lain seperti pusing dan sesak napas. Diagnosanya pun tak bisa diambil secara gegabah. Perlu wawancara, pengamatan, dan pemeriksaan EKG (elektro kardiograf) untuk memastikan adanya gangguan jantung lebih serius.
Laili Damayanti
KOMENTAR