Apa, sih, untungnya?
Setidaknya Anda tak harus menghadapi masalah baru yang mungkin muncul ketika meminta kerabat menjaga si kecil di rumah. Tak pula harus repot setiap hari mengantar dan menjemput si kecil ke tempat penitipan anak. Setidaknya, setiap bangun tidur, Anda tak harus dibayangi kerepotan memboyong si kecil keluar rumah sekaligus mengurus segala tetek bengek agar jangan sampai ada yang ketinggalan.
Si kecil bisa tetap tinggal di rumah sendiri yang pasti tak asing lagi baginya. Dia pun bisa makan dan tidur siang dengan lebih teratur sesuai jam biologisnya. Selain lebih sedikit kemungkinan terpapar kuman hingga jadi lebih jarang sakit.
Banyak orangtua yang juga mengaku merasa lebih nyaman tahu anaknya tak harus berebut perhatian dengan anak lain seperti bila berada di TPA. Tak heran kalau Naomi, seorang ibu dan arsitek, memutuskan menggunakan jasa pengasuh karena anaknya tergolong anak yang harus mendapat pengasuhan intensif sepanjang hari. "Kalau di TPA saya khawatir ia tak langsung mendapatkan prioritas ketika menangis atau meminta sesuatu mengingat ada banyak anak yang juga sama-sama minta diperhatikan," begitu alasan Naomi.
Soal jadwal pun bisa lebih fleksibel dengan adanya pengasuh dibanding jadwal di TPA yang serba ketat mengingat pasti ada "kelas-kelas" yang menuntut anak untuk bergerak sesuai jadwal yang ditetapkan pihak TPA. Tentu saja kurang manusiawi juga kalau Anda terlalu sering memaksa pengasuh menyesuaikan jam kerjanya demi kepentingan Anda tanpa memberi semacam uang lembur.
Apa, sih, ruginya?
Selain keuntungannya, pengasuhan anak di bawah pengasuh boleh dibilang sangat tidak terawasi. Karenanya, amat penting menemukan sosok yang benar-benar bisa Anda percaya. Dan karena lingkup pekerjaan pengasuh merupakan operasi tunggal, Anda harus berjuang mencari pengasuh lain bila pengasuh lama memutuskan untuk berhenti.
"Kami memutuskan untuk menitipkan putra kami di TPA ketika pengasuh ketiganya mendadak berhenti setelah bekerja selama 13 bulan. Tentu saja sebetulnya kami tak ingin ia meninggalkan kami dalam situasi kacau serba mendadak seperti ini," aku seorang ibu. Untuk mencegah kejadian semacam itu, setidaknya masukkan catatan khusus dalam kontrak kerja mengenai hal ini. Misalnya, wajib melapor minimal 1 bulan sebelumnya bila berniat mengundurkan diri. Dengan demikian, Anda masih punya kesempatan untuk mencari penggantinya.
Kehidupan sosial si kecil juga merupakan masalah lain yang harus dipikirkan. TPA dan playgroup secara otomatis memungkinkan si kecil sehari-hari berinteraksi dengan teman-teman sebayanya yang tidak mungkin didapatkannya hanya dengan hanya berdiam di rumah bersama pengasuh. Untuk mengisi kekosongan ini, bisa saja Anda mendaftarkan anak mengikuti kelas-kelas aktivitas sesuai minatnya. Atau mintalah pengasuh untuk secara teratur membawanya jalan-jalan ke taman dekat rumah, berkunjung ke perpustakaan, atau melakukan hal-hal lain di luar rumah yang memungkinkan anak menemukan pengalaman penting berinteraksi dengan sesama anak.
Kendati menggaji pengasuh tak lagi dianggap sebagai suatu kemewahan, namun kalau dihitung-hitung dana untuk mempekerjakan pengasuh masih tetap menduduki pos pengeluaran termahal dalam perawatan anak. Di luar negeri banyak orangtua yang setidaknya mengeluarkan dana untuk gaji pengasuh sekitar $ 17,5 atau sekitar Rp 200 ribu per jam. Hitung saja berapa yang harus Anda bayarkan kalau ia bekerja selama 40 - 60 jam kerja per minggu. Belum lagi biaya kesehatan kalau dia sakit, uang lembur bila dia tetap bekerja di hari raya atau hari libur.
Mungkin Anda bisa memberi gaji di bawah standar jika misalnya ada kesepakatan dia tinggal di dalam, yang berarti Anda harus menanggung makan dan kebutuhan lainnya.
Paskaria
KOMENTAR