Tepat pada jam 12 malam, pandangan tertuju pada sebuah menara bambu setinggi 14 meter yang ditutupi dengan 9,000 buah roti, dimana 12 orang peserta akan berlomba memanjat menara tersebut dan mengambil roti sebanyak-banyanya.
Kompetisi mengumpulkan roti ini berawal dari kepercayaan masyarakat bahwa roti-roti dari menara tersebut membawa keberuntungan dan siapa pun yang berhasil mengambil roti paling banyak akan mendapat keberuntungan terbaik.
Kompetisi menarik dalam memperebutkan roti ini hanya sebuah bagian dari festival tahunan Cheung Chau Bun, salah satu 'Top 10 Quirky Local Festivals' di dunia menurut Time.com.
Setiap tahun, penduduk Cheung Chau sibuk membuat patung dewa dari kertas, menyiapkan kostum, dan membuat roti sebagai perisapan untuk festival yang telah diakui sebagai salah satu warisan budaya Cina.
Hal menarik lain dari festival ini adalah sebuah parade dimana anak-anak berkostum dewa-dewi diangkat tinggi di atas panggung yang melayang.
Parade yang dikenal dengan nama Piu Sik ini terkenal dengan panggung melayang berwarna-warni dengan tema berbeda, mengikuti beberapa topik hangat seputar masyarakat Hong Kong.
Setiap panggung terapung ini dinaiki oleh dua orang anak kecil, masing-masing dengan berat badan tidak lebih dari 18 kilogram, dengan posisi satu di atas yang lainnya. Kedua anak tersebut dihubungkan dengan tongkat yang dihiasi dengan sejumlah hiasan untuk melambangkan hubungan antara karakter yang mereka wakili.
Ade Ryani
KOMENTAR