Pestanya rakyat Surabaya yang sudah kali kedua ini SUCF 2013 menampilkan sub-sub budaya urban Surabaya, diantaranya kuliner, kesenian tradisional ludruk, Tari Remo dengan peserta 1000 orang, budaya pop urban, juga aktivitas komunitas urban Surabaya. "Surabaya Urban Culture jadi satu di antara ikon budaya dan festival yang paling ditunggu masyarakat," kata Rudy Hartono Ketua Panitia SUCF 2013.
Masih sama dengan tahun lalu, Jalan Tunjungan dijadikan pusat kegiatan mengingat Tunjungan merupakan destinasi wisata dengan akulturasi budaya urban menarik untuk dikembangkan," kata Rudy.
Sementara Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya bangga, SUCF bisa melibatkan olaborasi kreasi anak muda tanpa meninggalkan karakter budaya Surabaya. "Ini salah satu upaya kita, di mana di tengah kemajuan budaya, perekonomian warga Surabaya, ada ide untuk membuat SUCF. Sebuah ide yang sangat bagus, karena kemudian kita menjadi satu kesatuan visi untuk tetap melestarikan budaya khas Surabaya, tidak ketinggal jaman, kita juga bisa menerima budaya asing. Bakat dari anak-anak dan para remaja bisa diakomodir, karena budaya asing tidak bisa dicegah untuk tetap masuk di tengah era globalisasi seperti saat ini," tegas Wali Kota.
Tri Rismaharini mengakui, tempat digelarnya SUCF di Jalan Tunjungan, ini sesuatu yang menghipnotis, karena ada daya tarik bagi warga Surabaya. "Yang luar biasa adalah kita bisa bertemu bareng-bareng di Jalan Tunjungan yang menyimpan cerita sejarah luar biasa kuat. Kita ingin suatu saat Tunjungan hidup lagi. Kita bisa 'mlaku-mlaku' di Tunjungan lagi," ungkapnya.
Dalam rangkaian SUCF 2013 ini, ada penampilan seni Ludruk dengan konsep berbeda yang dimainkan oleh siswa-siswa SMAK St. Louis Surabaya dan Kartolo Show. Ada juga pertunjukan visual mapping tentang sejarah Surabaya yang akan menggunakan dinding gedung Rabobank di Jalan Tunjungan.
Gandhi
KOMENTAR