Man, sapaan akrabnya, dalam sesi diskusi tentang Periode Silat dalam Komik Indonesia mengungkapkan pengalamannya yang menarik. Kala itu di era tahun 70-an, komik Indonesia yang oleh penggemarnya disebut cergam, cukup diminati masyarakat. "Saya mendapat pesanan dari penerbit untuk membuat komik tentang silat. Saat itu, sudah muncul serial pendekar silat seperti Si Buta dari Goa Hantu, Panji Tengkorak, dan Jaka Sembung. Pada umumnya, cerita silat itu dibuat dalam serial panjang," papar Man di hadapan peserta diskusi yang memadati BBJ.
Tantangan penerbit ini dijawab Man. Ia menciptakan tokoh Mandala yang berjudul Siluman Sungai Ular. Ternyata, Mandala sangat digemari masyarakat. Man pun menggarap Mandala dalam beberapa sekuel. Antara lain Golok Setan, Selendang Biru, Siluman Sungai Ular, Pusaka Dewa Pedang, dan beberapa judul lagi. Begitu populernya, Mandala beberapa diangkat ke film layar lebar dengan bintang utama Barry Prima.
Uniknya, nama Mandala, tutur Man, merupakan singkatan dari Matraman Dalam. "Itu alamat rumah sahabat saya, Djair. Saya kerap ke rumah Djair untuk ngobrol-ngobrol tentang komik dan proses kreatif. Kala itu, Djair juga terkenal sebagai komikus. Nah, ketika sulit cari nama tokoh pendekar, saya pakai saja nama alamat rumah Djair. Matraman Dalam menjadi Mandala," kata Man yang juga tenar sebagai ilustrator.
Sebelum menciptakan tokoh Mandala, Man sebenarnya sudah produktif. Sebelumnya, ia membuat kisah silat berlatar Batavia seperti Tompel Garong Budiman dan Pecah Kulit. "Hanya saja, saya tidak membuatnya serial panjang. Hanya satu judul kemudian selesai. Selain itu, saya juga menggarap beberapa komik lagi. Biasanya atas pesanan penerbit. Pada saat itu, banyak lho penerbit yang merayu-rayu agar saya membuat komik untuk mereka."
Diskusi hari itu juga menampilkan doktor komik Seno Gumira Ajidarma. Sastrawan produktif yang kerap meraih penghargaan sastra ini memang dikenal sebagai kritikus komik. Seno mengatakan, bicara tentang komik silat, ini sebenarnya semacam anak dari cerita silat. Pada masa itu, yang tumbuh di Indonesia adalah cerita silat dari dataran Cina. Banyak karya cersil yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu, tercatat nama Kho Ping Hoo yang meski tinggal di Jawa Tengah, "Ia sangat produktif membuat cerita silat berlatar Mandarin," kata Seno.
Cerita silat ini kemudian cukup mempengaruhi wilayah komik. Bicara tentang komik silat karya Man, Seno mengatakan, "Saya melihat ada sesuatu yang menarik. Cerita silat Man, coba didekatkan dengan suasana lokal. Yang juga menarik adalah gambat-gambar Man yang menonjolkan peran masyarakat dalam kisahnya. Misalnya saja saat terjadi pertarungan dua jagoan., banyak warga yang berkerumun menyaksikan. Dan, mereka bisa berkomentar. Dialog-dialog yang dibuat Man ini sangat menarik diikuti."
Henry
KOMENTAR