Kalimantan Barat, khususnya Entikong, berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Tak perlu susah-susah menempuh jalur udara atau laut, karena hanya dengan melewati gerbang besar di desa Entikong, itu sudah memasuki wilayah kedaulatan Malaysia. Menurut penuturan pemandu, gerbang besar berwarna coklat bermotif dayak itu dibuka setiap harinya pada pukul 07.00 wib dan ditutup kembali pada pukul 17.00 wib sore harinya.Menurut pantauan tabloidnova.com, kondisi perbatasan tak terlalu ramai saat saya datang, sebab waktu sudah sore dan pintu perbatasan-warga Kalimantan lebih akrab menyebutnya sebagai 'border-akan segera ditutup. Pintu perbatasan terletak di bawah sebuah bukit hijau yang menjulang tinggi. Disana ada sebuah plakat bertuliskan 'Pos Lintas Batas Entikong' yang diresmikan oleh Jenderal TNI Moerdani pada 22 Januari 1987. Tak jauh dari situ terdapat sebuah tugu yang diujungnya terdapat lambang negara Indonesia, Burung Garuda, dan Pancasila yang menandakan bahwa wilayah itu masih dalam kedaulatan Indonesia.Sebenarnya, pintu penghubung antara Indonesia dan Malaysia tak hanya terdapat di Entikong, melainkan ada empat perbatasan lain yang kini sedang dalam proses pembangunan gerbang. "Pintu resmi masuk ke Malaysia itu ada lima, Entikong, Sambas, Bengkayang, Sintang, Kapuas Hulu," jelas pemandu bernama Pak Anto di Entikong, Kalimantan Barat, Kamis (11/4). "Yang paling cepat masuk ke Kuching (Malaysia) itu nantinya Sambas, sekitar 2 jam sudah sampai Kuching. Nantinya akan banyak orang yang lewat Sambas untuk ke Malaysia, hanya empat jam dari Pontianak, tapi sekarang jalannya belum rapih," tambahnya.Pintu perbatasan Indonesia dan Malaysia jaman dahulu tak sebagus sekarang. Bahkan, jaman dulu, untuk masuk ke Malaysia tak perlu bersusah payah. Menurut Pak Anto, hanya menyusuri sebuah gang sempit, dan voila! akan sampai ke negara Malaysia. "Pintu jaganya dulu itu banyak. Bahkan ada jalan tikusnya, tapi sekarang Malaysia memperketat. Dulu lewat gang ke Malaysia itu bisa dari Indonesia," kata Pak Anto menceritakan masa kecilnya.Puas melihat-lihat pintu gerbang menuju negara tetangga, tabloidnova.comberkesempatan untuk mengunjungi sebuah pasar yang jaraknya tak jauh dari pintu gerbang Entikong bernama 'Pasar Batas Entikong'. Mengingat jaraknya yang dekat dengan perbatasan, barang-barang yang dijual pun kebanyakan adalah produk Malaysia. "Disini kadang transaksinya pakai Rupiah dan Ringgit Malaysia," jelas Pak Anto. Pasar itu menjual tabung gas 14 Kilogram berwarna paduan hijau dan merah jambu dan beras yang dikemas dengan karung berlabel Malaysia. "Kalau di Indonesia tabung gas itu warnanya biru kan, kalau yang ada pink-nya itu punya Malaysia," kata Pak Anto.Selain produk Malaysia yang 'nyelonong' masuk ke pasar lokal, mobil-mobil berplat nomor Malaysia seperti SF, QKV, SF, AG,QKG, MD, QCA, dan GSA pun berhamburan di Entikong dan sekitarnya. Bahkan, mulai dari Kembayan, bis maupun kendaraan pribadi berplat Malaysia dengan mudahnya berlalu lintas tanpa takut ditiang petugas kepolisian. "Mobil plat Malaysia memang banyak disini, tapi enggak akan sampai Pontianak. Paling jauh ke Kabupaten Sosok, itu juga sudah was-was ditilang," canda Pak Anto.Okki
KOMENTAR