1. Ambil keputusan untuk menghentikannya. Tentu keputusan ini saja harus disertai langkah nyata untuk selalu mematuhi apa yang sudah Anda niatkan, apa pun yang terjadi. "Jika Anda kukuh pada niat untuk tidak lagi membentak sejak awal, maka Anda juga akan menemukan jalan untuk menerapkan displin," ujar ahli.
2. Jelaskan pada anak bahwa sejak saat ini, Anda akan meminta anak melakukan sesuatu dengan nada suara normal. Permintaan Anda akan Anda ulangi sekali jika anak tak mengabaikan, dan jika anak tak juga merespon, maka Anda akan menerapkan sanksi. Misalnya, tak boleh bermain, tak boleh nonton teve, atau sanksi lainnya.
3. Minta maaf jika Anda kelepasan. Mengucapkan permintaan maaf akan mengajarkan pada anak nilai suatu permintaan maaf dan sekaligus memperkuat pesan yang ingin Anda sampaikan. "Sangatlah penting untuk untuk memberi tahu anak bahwa kita, orang tua, juga membuat kesalahan," ujar ahli.
4. Hematlah kata-kata. Dengan kata lain, jangan terlalu cerewet pada anak. Orang tua yang suka membentak biasanya juga suka mengomel. Rentetan kata yang mereka lontarkan, seperti "Jangan menendangi kursi", "Ayo, makan sayurnya", "Duduk yang benar, dong," dan sebagainya sangat konstan, sehingga anak-anak pun belajar menirukan suara orang tua mereka.
Bagaimana mengatasinya? Jangan terlalu banyak bicara. "Orang tua sebaiknya berhemat dalam berkata-kata dan memilih kalimat yang jelas dan pasti bagi anak," saran ahli. Misalnya, alih-alih berpanjang-panjang mengatakan, "Cepat kenakan sepatu kamu agar kita bisa segera berangkat ke sekolah," lebih baik katakan, "Pakai sepatu. Sekarang." Jika Anda terlalu sering menggunakan suara Anda, maka Anda akan kehilangan kekuatannya. Tentukan pula kebiasaan buruk anak yang mana yang menurut Anda paling tidak bisa Anda tolerir. Selesaikan permasalahannya. Setelah itu, baru Anda coba atasi kebiasaan yang lain.
5. Kenali penyebab stres Anda. Hal ini membantu Anda menjaga suara pada saat anak berulah. Terkadang, masalahnya justru pada Anda. Mungkin istirahat cukup dan jalan-jalan sebentar di luar rumah bisa meredakan ketegangan Anda.
6. Hadapi masa-masa penuh stres. Anda pasti tahu, kapan saat anak paling sering bertingkah. Misalnya, pada saat memasak, pada saat Anda bicara di telepon, atau saat Anda belanja. Coba usahakan tidak berteriak atau membentak di saat-saat itu. Tarik perhatian anak (misalnya dengan menawarkan snack pada anak pada saat Anda memasak) atau hindari anak pada saat-saat tersebut, misalnya dengan pergi berbelanja sendiri saat suami atau orang lain menunggui si kecil.
7. Belajar menarik napas dalam-dalam. Si kecil yang berusia empat tahun terlihat asyik mencorat-coret tembok ruang tamu, sementara adiknya yang baru berusia dua tahun baru saja menjatuhkan hiasan kristal dari meja pajang. Tentu Anda ingin berteriak dan "menghabisi" si kecil, kan? Tapi tak ada salahnya Anda lakukan relaksasi sehingga tidak gampang berteriak atau membentak. Caranya, ambil napas dalam-dalam, hitung satu sampai empat, kemudian buang napas. Ulangi cara ini berulang-ulang.
Latihan ini akan menjauhkan Anda dari stres, membantu Anda tetap merasa terkontrol, dan mengingatkan Anda bahwa Anda masih bisa tenang pada saat penuh tekanan.
Hasto/Dok. NOVA
KOMENTAR