Salah satu cara efektif mengajarkan kedisiplinan kepada anak tanpa meninggikan suara ataupun menghukum fisik, yaitu dengan memberinya time out atau waktu jeda.
Membiarkan anak menonton teman lain bermain dengan asyik, sudah cukup memberinya hukuman pengalaman tak menyenangkan baginya. Seperti pelatih tim olah raga memberi penalti waktu kepada pemainnya, ini bisa berperan sebagai konsekuensi perilaku anak yang tak baik.
Bukan hanya untuk menghukum anak, tapi juga memberinya waktu untuk merenungkan kesalahannya. Langkah ini lebih bijak dan tak menimbulkan dendam kepada anak. Nah, tanpa harus menambah rasa kesal di hati maupun mengeluarkan energi ekstra untuk berteriak, ternyata Anda pun bisa membuat anak belajar disiplin. Mau tahu caranya?
Duduk & Diam
Time out merupakan usaha positif untuk menurunkan perilaku tak menyenangkan dari anak. Prinsip utamanya, untuk memastikan anak tak beraktivitas di periode waktu tertentu. Jika Anda mendapati anak melakukan kesalahan yang destruktif, beri ia time out.
Anda bisa mendudukkan dan memerintahkannya untuk diam di tempat selama beberapa menit. Di luar itu, tak ada hal lain yang harus dilakukan. Anda tak perlu terus menceramahinya atau berusaha membuatnya mengerti letak kesalahannya. Hanya duduk dan diam!
Bukan hanya anak yang harus duduk dan diam. Anda pun sebaiknya menahan diri selama anak menjalani time out. Tetaplah diam meski ia mulai berulah di tempat duduknya. Biasanya anak akan berulah untuk melihat reaksi atau menunggu Anda mengatakan sesuatu.
Jadi, bersiaplah untuk hal-hal tak terduga, khususnya jika Anda seorang pengomel, tukang teriak, cerewet, dan penegur. Anak-anak akan selalu mencari celah aturan yang diterapkan dalam time out agar Anda melanggar dan membatalkannya.
Misalnya, meski duduk diam ia bisa saja meludah, ngompol, membuang ingus di baju, melepas baju, melempar benda-benda, berkomentar soal keputusan Anda, atau membenci Anda. Jangan khawatir, anak akan mencintai Anda kembali setelah hukumannya selesai!
Terangkan Aturan Di Depan
Sebelum memulai time out, Anda perlu menjelaskan kepada anak apa yang harus dilakukan selama time out berlangsung. Berapa lama itu akan berlangsung dan mengapa Anda memberinya time out. Terangkan pula perilaku apa saja yang Anda beri sanksi time out, dan apa maksud dari time out secara sederhana.
Anda mungkin bisa menguji time out ketika anak sedang tak nakal. Jelaskan pula ini hanya perumpamaan. Anak mungkin akan sedikit berulah ketika pertama kali hal itu Anda terapkan. Namun, Anda akan semakin mantap melakukannya di lain waktu, karena sudah menjelaskan dengan baik.
Ketika melakukan time out kepada balita pertama kali, biasanya ia akan sulit menerimanya. Dan mungkin tak percaya Anda melakukan itu terhadapnya. Bahkan dengan sikap tenang, anak-anak akan semakin kecewa terhadap keputusan Anda.
Perlu dipahami, ini semua adalah proses. Disiplin akan bekerja dengan baik ketika Anda memegang kendali. Jadi, jangan memulai sebelum anak tenang dan diam.
Jika anak menangis dan mengamuk, jangan dulu menghitung waktu time out. Tunggu hingga ia tenang. Jangan pula membiarkan anak meninggalkan hukuman time out, kecuali ia mau bekerjasama untuk tetap tenang. Penghitungan waktu mungkin berguna meski bukan hal pokok.
Balita Sampai Dewasa
Mengingat time out bisa diterapkan pada balita hingga remaja, panjang waktu yang diberikan juga akan berbeda, sesuai level kedewasaan dan cakupan usia tertentu. Pada anak usia 2-5 tahun, orangtua bisa menerapkan time out dengan waktu efektif 2-5 menit.
Untuk anak usia 6-8 tahun sebaiknya mendapat time out minimal 5 menit. Anak berusia 8-10 tahun sebaiknya mendapat time out minimal 10 menit. Dan anak remaja berusia 10-14 tahun bisa mendapat time out 10-20 menit.
Pada anak dengan ADHD (attention deficit hiperactivity disorder), time out diberikan lebih pendek dari yang disarankan. Juga pada kondisi khusus seperti perkelahian, gangguan temper tantrum dan pengrusakan, waktu time out bisa digandakan.
Laili Damayanti
KOMENTAR