Jangan bicara terlalu keras pada anak, karena bisa-bisa anak akan merasa sangat terpukul. Nah, kalimat apa saja yang sebaiknya Anda hindari?
1. "Kamu kenapa, sih?"
Variasi lain dari kata ini antara lain, "Bandel amat, sih kamu. Bisa enggak, sih makan tanpa membanting sesuatu." Komentar seperti di atas menujukkan bahwa anak punya karakter tak pernah benar. Kata-kata ini ditujukan pada diri si anak, bukan pada masalah yang dibuatnya.
Cobalah mencari kata lain seperti, "Kayaknya kamu kesulitan menuangkan susu ini. Kita coba cara yang mudah, deh." Dengan begitu, Anda memberi pesan padanya bahwa siapapun dapat melakukan kesalahan, sekaligus dapat memperbaikinya.
2. "Kamu melakukan hal yang tak berguna."
Kata-kata ini sama saja dengan kalimat, "Buat apa kamu sedih? Sudahlah, enggak ada gunanya." Pernyataan ini menunjukkan sikap tak berempati dan langsung meneror harga diri anak. Bagi anak 3 tahun yang kehilangan balon karena meletus, musibah kecil bisa menjadi tragedi.
Jika balon anak meletus, sebaiknya katakan, "Wah, balon kamu meletus. Bagaimana, ya?" Lalu alihkan perhatiannya pada hal lain.
3. "Kenapa, sih kamu enggak bisa lebih baik!"
Ini sama saja dengan kalimat, "Kakakmu anak yang baik. Masa, kamu enggak bisa mendengarkan nasihat Ibu seperti dia?"Kalimat ini menyakitkan, karena sebetulnya tak seorang pun yang mau dibandingkan. Anda hanya akan membuat mereka antipati, bukan menyemangatinya melakukan yang lebih baik.
4. "Makanlah satu suap lagi untuk Mama."
Ini sama kalau Anda bilang, " Saya sudah mengerjakan seluruhnya demi kamu, ayolah...." atau "Tidak ada orang yang mencintai kamu lebih dari aku." Kalimat ini menimbulkan rasa bersalah, dan rasa bersalah ini akan merembet menjadi kegelisahan, ketakutan, kemarahan, atau bahkan dendam.
Lebih baik katakan, "Masih mau sesuap lagi?" Dengan begitu, Anda sudah mengajarkan padanya untuk mengambil keputusan dan mengenali sinyal tubuhnya, apakah ia sudah kenyang atau belum, kemudian meresponnya.
5. "Kamu selalu merepotkan."
Kata yang sepadan dengan pernyataan ini misalnya, "Kamu tak pernah mendengar perkataan Mama." Atau "Kamu selalu membuat Mama telat ke kantor." Ingat, melakukan generalisasi dengan menggunakan kata "selalu" atau "tak pernah" merupakan hal yang tidak mengacu pada keakuratan dan kadang-kadang terasa berlebihan. Generalisasi negatif membuat anak merasa kalah, gagal dan tersia-sia.
Lebih baik katakan, "Kamu putus asa dan menyerah." Anak akan mengerti apa yang Anda katakan dan membiarkan situasi itu berlangsung, atau ia malah balik tertantang untuk membuktikan bahwa ia tidak putus ada dan masih bisa berusaha.
6. "Mama sudah berkali-kali bilang, tapi kamu tak pernah melakukannya."
Ini sama saja dengan bilang, "Mama sudah mengatakan itu jutaan kali." Kalau Anda mengatakan kalimat seperti di atas, ia jadi merasa bodoh dan tidak mampu berkembang.
Lain kali, katakan, "Kamu melakukannya dengan caramu dan akhirnya tak berhasil. Kamu butuh bantuan? Biarkan dia lebih realistis dan katakan tepat pada sasaran.
7. "Kamu sembrono amat, sih."
Kalimat lainnya, " Lihat, deh. Dia mengotori lantai lagi dengan tapak kakinya."Kata-kata ini menyakitkan karena memberi anak label sebagai si sembrono, si pemalas, si cengeng dan lainnya, yang membuatnya berpikir bahwa begitulah ia ditakdirkan.
Lebih baik katakan dengan tegas apa yang Anda maksud. "Ruangan ini berantakan sekali. Lekas, benahi krayon kamu, ya."
Jadi, jika suatu hari Anda tengah stres dan marah, dan keceplosan mengucapkan kata-kata kasar, segeralah minta maaf pada anak. Dengan begitu, Anda mengajari anak bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan dan ia pun bisa memperbaiki dengan melakukan hal yang lebih baik.
Yenti Aprianti
KOMENTAR