Anak malas belajar atau malas ke sekolah adalah sesuatu yang jamak terjadi. Yang harus Anda ketahui sebagai orang tua adalah penyebab anak bersikap seperti itu.
Sudah seminggu ini Tesa melihat perubahan drastis pada putrinya, Rachel. Rachel, empat tahun, yang biasanya bersemangat bercerita soal aktivitasnya di sekolah, tiba-tiba sering terlihat tengah melamun dan malas-malasan. Malas mengerjakan PR, malas belajar, bahkan bila tidak dibujuk, ia juga malas berangkat sekolah. Sepertinya, ia berubah menjadi begitu membenci sekolah.
Apa yang terajdi pada Rachel memang sesuatu yang sering dihadapi para ibu. Anak enggan bersekolah atau belajar, meski sudah dipaksa atau dibujuk dengan iming-iming tertentu. Tentu, orang tua tak bisa langsung memarahi atau menghukum anak, karena ada beberapa hal yang memang bisa menjadi pemicu. Orang tua harus jeli dan bijak mencari penyebab anak berperilaku demikian. Pasalnya, jika tidak jeli, salah-salah anak akan semakin membenci sekolah dan bahkan trauma. Untuk mengetahui kenapa anak berperilaku demikian, ada baiknya mengenali beberapa penyebabnya:
1. TERLALU BANYAK PE-ER
Pe-er (pekerjaan rumah) merupakan tugas sekolah yang harus dikerjakan di rumah. Tetapi bila terlalu banyak, bisa-bisa akan membuat si kecil nervous dan terbebani. Dalam benaknya akan terbayang hukuman yang bakal ia terima jika ia tak mengerjakan pe-er yang ditugaskan oleh gurunya.
Solusi:
Sebagai orang tua, Anda harus aktif mengetahui tugas-tugas apa saja yang diberikan guru pada anak. Periksalah "deadline' atau tenggat waktu penyerahan tugas yang ditentukan guru. Juga, bantulah anak dalam mengerjakan pe-er, namun bukan berarti Anda yang mengerjakannya. Biarkan si kecil yang mengerjakan sendiri pe-ernya, tugas Anda hanyalah membimbing dan mengoreksi apakah yang dikerjakannya sudah benar.
2. LINGKUNGAN SEKOLAH TIDAK NYAMAN
Bagaimana si kecil mau betah dan rajin pergi ke sekolah jika ia merasakan lingkungan sekolahnya tidak nyaman. Contohnya, ia sering dijahili oleh teman-temannya, bahkan dimintai uang. Kejadian seperti ini merupakan sesuatu yang sering kita dengar dan harus betul-betul diwaspadai oleh orang tua agar anak tidak menjadi penakut atau bahkan trauma karenanya.
Solusi:
Bila hal ini yang menyebabkan si kecil jadi malas sekolah, Anda harus mengambil tindakan. Hubungi segera kepala sekolah anak dan ceritakan keluhan yang dihadapi si kecil saat sekolah. Mintalah kepala sekolah untuk menyelesaikannya dengan baik. Jika ternyata hal ini tidak juga bisa diatasi, jangan segan untuk berpindah sekolah. Yang penting anak tidak menjadi korban.
3. RENDAH DIRI
Tidak semua anak memiliki rasa percaya diri alias PD yang tinggi. Adakalanya, ia merasa rendah diri atau minder terhadap teman-temannya. Ia merasa memiliki banyak kekurangan dibandingkan teman sekolahnya. Misalnya kurang pintar, kurang cantik ataupun tidak kaya.
Solusi:
Ajak dan bimbinglah anak untuk bisa memahami kondisinya. Katakan bahwa ia patut mensyukuri apa yang dimilikinya sekarang. Tidak perlu minder. Tumbuhkan rasa percaya diri padanya dengan menunjukkan kelebihan-kelebihan yang ia miliki. Misalnya, "Sayang, Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan yang berbeda-beda. Meski kamu tidak bisa berenang, tapi suara kamu, kan merdu. Tidak semua teman kamu punya suara semerdu kamu, lho!" Dorongan semangat seperti ini akan membuat rasa percaya diri anak kembali tumbuh.
4. SULIT BERGAUL
Ada anak yang mudah bergaul dan cepat akrab dengan siapa saja, tapi ada pula yang pendiam alias sulit bergaul. Biasanya, anak yang seperti ini lebih senang menyendiri daripada bermain bersama teman-temannya. Akibatnya, ia tak melihat sekolah sebagai suatu lingkungan yang menyenangkan.
Solusi:
Bila si kecil menghadapi kendala dalam pergaulan, ajar ia untuk memiliki keberanian memperkenalkan diri pada teman-teman yang baru dikenalnya.
Sekali-dua kali mungkin terasa canggung, tapi lama kelamaan anak akan menjadi berani dan terbiasa.
5. TUNTUTAN
Setiap orang tua tentu mengharapkan anaknya menjadi pintar, kalau bisa selalu ranking pertama di sekolah. Bahkan, tak sedikit orang tua yang memaksakan kehendaknya dengan memberikan seabrek les tambahan agar anak menjadi "pintar." Akibatnya, anak justru merasa jenuh dan malas pergi ke sekolah. Bagaimana anak tidak jenuh jika setiap waktu yang ia punya hanya ia habiskan dengan buku dan buku terus. Bahkan, bermain pun ia tak sempat.
Solusi:
Sebagai orang tua, sebaiknya Anda jangan memaksakan kehendak. Wajar-wajar saja orang tua menginginkan anaknya menjadi pintar. Tetapi seharusnya keinginan ini disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak. Ingat, setiap anak adalah pribadi yang unik dan berbeda. Ada yang senang diberi les tambahan, namun ada pula yang tidak. Jadi, bila si kecil sudah menunjukkan tanda-tanda kejenuhan dan rasa malas, jangan dipaksa! Kalau memang pelajaran tambahan dibutuhkan, bimbinglah anak belajar di rumah dalam suasana yang tenang. Dan bila ia tampak sudah mulai jenuh, istirahatlah sejenak. Dengan demikian ia merasa tidak terbebani. Yang terpenting, jangan pernah mengucapkan kata-kata yang memberi label buruk pada anak, seperti: "Bodoh, gitu saja tidak bisa!" Pemberian label ini akan berdampak tidak baik untuk perkembangan mentalnya.
6. JARAK TERLAMPAU JAUH
Orang tua seringkali tidak menyadari saat mendaftarkan anak sekolah, termasuk jarak sekolah yang terlalu jauh dari rumah. Biasanya yang menjadi pertimbangan orang tua semata-mata hanya mutu sekolah, yang dilihat dari segi pendidikan, tenaga pengajar maupun fasilitasnya semata. Masalah jarak tempuh jarang sekali dipertimbangkan. Bagaimana anak tidak jenuh jika ia sampai di sekolah sudah dalam keadaan capek akibat jarak yang terlampau jauh. Jika setiap hari anak harus menempuh waktu 2 jam untuk ke sekolah atau pulang ke rumah, lama-lama tentu ia akan jenuh, bahkan malas.
Solusi:
Ingat, kondisi anak dengan orang dewasa berbeda. Jadi, jika anak semangat belajar anak atau semangatnya pergi ke sekolah menurun akibat jarak yang terlampau jauh, coba cari cara agar anak bisa nyaman selama di perjalanan. Misalnya dengan menyewa jasa penjemputan. Atau kalau memang tak ada lagi cara yang bisa dilakukan, tak ada salahnya mencari sekolah yang lebih dekat.
7. KURANG PERHATIAN
Orang tua yang sibuk biasanya lebih sering menyerahkan segala urusan sekolah anak pada guru ataupun pengasuh anak. Mereka juga jarang sekali menghadiri pertemuan antara orang tua dengan guru. Demikian juga bila ada tugas sekolah. Anak dibiarkan mengerjakan sendiri, tanpa ada bimbingan dan perhatian.
Kesibukan seringkali juga membuat orang tua lupa atau lalai menyiapkan segala keperluan anak. Akibatnya, anak kena marah atau teguran dari guru. Belum lagi pandangan mata teman-temannya yang sepertinya ikut menghakimi anak. Akibatnya, anak jadi malu dan nervous, dan akhirnya malas pergi ke sekolah.
Solusi:
Memang benar, tujuan orang tua bekerja adalah untuk masa depan anak. Tapi, bila pekerjaan kemudian menjadi lebih penting daripada anak, tentu ini tidak benar dan tak baik bagi anak. Perkembangan anak menjadi tidak terkontrol. Cobalah bagi waktu sebaik mungkin. Usahakan berkunjung secara berkala ke sekolah anak, misalnya sebulan atau seminggu sekali. Tanyakan kepada guru, perkembangan dan persoalan yang dihadapi anak. Usahakan untuk juga hadir di pertemuan antara orang tua murid dan guru. Yang tak kalah penting, beri anak perhatian yang cukup dan tetap pantau aktivitas anak di sekolah maupun di rumah.
Juga, cobalah untuk konsen pada kebututuhan anak. Bila Anda termasuk orang yang pelupa, minta anak atau pengasuh anak mengingatkan Anda. Bila perlu, buat daftar catatan apa-apa yang harus Anda siapkan, agar tidak ada yang terlupa.
Kiriman: Merry Nababan, S.Sos. Jakarta
KOMENTAR