Sekilas mirip dengan Dagadu Yokyakarta atau Jogger Bali, yang memperkenalkan budaya masing-masing kota melalui desain kaos dan pernak-pernik lainnya. Namun, TM tetap punya ciri khas tersendiri. Karena desainnya, benar-benar mencerminkan ciri khas orang Medan, yakni keras dan tegas.
Salah satu gerai distro clothing yang paling menonjol di Medan yakni TM. Mengapa ? Karena TM adalah satu-satunya gerai distro clohting yang memelopori desain berciri khas budaya dan pergaulan anak Medan. Bisa dibilang, inilah produknya khas anak Medan.
Kaos TM diilhami oleh empat orang anak muda Medan, Fathriria Damanik (30), M Anggia M Dwipayana (32), Muchtar (30) dan Rinaldy Rizal (31) " kami memulai bisnis kaos ini pertengahan Februari 2006 lalu. Tapi, sampai saat ini cuma saya yang tetap eksis berkiprah di kaos ini. Awalnya, memang karena sampai tahun 2006 itu Medan tak punya produk yang mencerminkan kota itu sesungguhnya seperti apa. Baik orang-orangnya mau pun desain suasana kotanya seperti adanya bangunan Istana Maimun, Tirtanadi dan lain-lain. Makanya, kita bikin kaos yang themanya Medan," kata Pathra.
Dulu, kata Pathra, untuk memulai bisnis kaos ini mereka buka gerai di Merdeka Walk. " Sempat tiga tahun kami buka gerai disana. Tujuan kami waktu itu, benar-benar ingin memperkenalkan produk-produk kami ini pada khalayak Medan. Karena setahu kami, orang Medan itu kurang bangga dengan kotanya, makanya kami ingin menuangkan atau mengabadikan Medan pada karya desain kaos apa-apa yang ada di Medan dengan sejarahnya dan pernak-pernik lainnya," aku Pathra.
Menurut Fathra, disatu sisi orang Medan kurang mengenal Medan dan disatu sisi lainnya mereka bikin kaosnya. Tantangannya waktu itu," Anak Medan masih susah menerima merek baru, jadi saat itu masih butuh kesabaran yang tinggi." Selain kaos, Fathra juga memeroduksi tas, jaket, topi, stiker, gantungan kunci dan sandal. Dulu waktu memulai kami hanya produksi puluhan dan ratusan produk dalam sebulan.[i]Sekarang dalam sebulan kami bisa produksi seribu untuk kaos saja."
Harganya mulai Rp 55 ribu untuk kaos anak-anak. " Tujuh puluh lima ribu rupiah untuk kaos dewasa. Assecories mulai Rp 5 ribu - Rp 30 ribu dan jacket Rp 120 ribu/ fieces," kata Fathra mengaku hampir dari negara mana saja turis-turis manca negara sering datang ke gerainya.
Sejak 2009 sampai saat ini Fathra mengontrak gerai di Jl Sei Batang Serangan. Thema-thama kaos bikinan Fathra seperti, " Ini Medan Bung ", " Dimana Bumi Dipijak Disitu Medan Dijunjung "," ada lagi yang lebih ekstrem bunyinya, " Kenali Lawan Kuasai Medan ", " Untuk Tuhan Bangsa Dan Medan ", " Aku Dari Medan Terus Kau Mau Apa ", " Medan Tidak Seperti Apa Yang Ada Dikepala Otakmu".
Lambat laun yang membanggakan Fathra kini ternyata anak Medan setelah 'keluar' atau merantau dari Medan justru jadi lebih bangga dengan Medannya. " Makanya ada juga saya bikin desain untuk orang-orang Medan yang jauh diperantauan," ujar Fathra menjelaskan mereka masih beli kaos dari Bandung," tapi kalau sablonnya kami punya sendiri, untuk mengerjakan desain selusin kami hanya butuh waktu sehari."
Misalnya, kalimat-kalimat yang tertera di kaos TauKo Medan kental dengan gaya bicara orang Medan. Misalnya, " Medan Sejak Sebelum Kau Ada", " Darah Batak ", " Medan Tidak Seperti Disini ", " Disini Tidak Seperti Medan ", mungkin inilah yang menjadi nilai lebih dari TM dibandingkan dengan distro clhoting lainnya yang banyak muncul di Medan," aku Fathra menjelaskan mereka juga menjual lewat online melalui Facebook dan Twitter.com/taukomedan," ada juga sih anak Medan yang tinggal di Jepang dan dia menyuruh mamanya beli ke gerai kami."
TM sendiri berasal dari kata " Tau Ko Medan ". Sebuah pertanyaan yang menunjukan keberanian anak Medan jika berhadapan dengan orang dari daerah lain. Selain itu, nama TM juga disebut menjadi " Toko Medan " karena kebiasaan orang Medan menyebut kata dengan akhiran huruf A dan U menjadi O. Misalnya, " Kau " menjadi " Ko " dan " Tau " menjadi To. Makanya, " bisa jadi Tauko Medan adalah " tokonya orang Medan ".
Keunikan lain dari TM adalah desain kaosnya tidak diproduksi secara massal. Setiap desain kaos yang akan dipasarkan biasanya hanya dicetak terbatas, sekitar puluhan kaos atau maksimum 100 potong/model. Makanya, thema kaos TM ini tak bisa dimiliki banyak orang.
" Ini untuk menjaga produk kami agar selalu 'original'. Namun, desain baru dari produk kaos TM ini selalu keluar dalam dua minggu sekali. Jadi, selalu ada model dan desain terbaru yang bisa dipilih oleh para pelanggan," tambah alumni Seni Rupa ITB tahun 2002 ini.
Rencananya, agar lebih dikenal TM akan buka cabang di wilayah Sumatera Utara. " Saat ini kami memiliki 10 orang karyawan karena buka setiap hari sejak 10.00 pagi hingga 21.00 malam. Saat gerai ramai biasanya pas bulan muda, weekend, Lebaran, Tahun baru serta Imlek. Kami juga membuat sebuah majalah elektronik bernama " Tauko Medan, Seni+Medan ".
Sebagai sebuah bisnis, usaha gerai distro clohting khas Medan ini tentu saja menjanjikan prospek yang cukup baik. Tidak hanya soal bisnis, dengan hadirnya TM, tren fhasion anak Medan pun bisa jadi raja di negeri sendiri. Tentunya juga, anak muda Medan patut bangga terhadap budaya dan kotanya sendiri melalui TM.
Debbi Safinaz
KOMENTAR