Perempuan mana, sih, yang tak tergiur belanja? Apalagi bila ditambahi tawaran diskon yang menarik. Namun, waspadai bila keinginan belanja mulai sulit dikendalikan!
Saat memasuki mal, Rinna selalu "gatal" ingin berbelanja. Terlebih jika ada diskon besar-besaran. Padahal, dia tak terlalu membutuhkan barang yang dibelinya. Rasanya, Rina selalu merasa "gengsi" jika keluar dari mal tak menjinjing satu pun kantong berlogo merek barang ternama. Nah, apakah Anda termasuk orang seperti Rinna, yang harus selalu belanja setiap kali masuk mal?
Atau, Anda merasa kecemasan akan suatu hal dan masalah bisa terselesaikan bila sudah berbelanja? Atau, Anda tak pernah menolak tawaran banjir diskon yang sedang diadakan sebuah toko, lalu setelah keluar dari toko, merasa menyesal karena membeli barang yang sebenarnya tak Anda butuhkan?
Bila ya, berhati-hatilah! Sebab, bukan tak mungkin Anda termasuk kategori penggila belanja (shopaholic). Meski ini bukan penyakit, bila sudah membuat Anda ketagihan dan tergantung pada belanja, Anda sudah memasuki lampu merah. Bahkan, sudah waktunya Anda mengunjungi psikolog untuk mendapatkan bantuan. Namun, yang perlu berhati-hati pada masalah ini bukan hanya si penggila belanjanya saja, lho.
Gampang berbelanja dan mudah "luluh" oleh godaan diskon, juga sikap yang perlu diwaspadai. Sebab, selain barang yang dibeli terkadang jadi percuma karena tak sesuai kebutuhan, pengeluaran pun akan membengkak. Akibatnya, bukan tak mungkin akan memicu konflik dengan pasangan. Menurut Dra. Clara Kriswanto, MA, CPBC, psikolog dan konsultan keluarga dari Jagadnita Consulting, munculnya sikap-sikap seperti ini antara lain disebabkan oleh kepercayaan diri yang kurang.
"Biasanya, ini berkaitan dengan masalah perasaan tak dihargai, kepercayaan diri yang kurang, atau merasa dirinya kurang berarti bagi pasangan, anak, atau orang lain. Dia merasa baru akan dihargai dan "dilihat" jika banyak berbelanja," ujar Clara. Ia menambahkan, berbelanja dengan memanfaatkan diskon sebetulnya bisa menguntungkan, bila barang yang dibeli sesuai kebutuhan dan kemampuan. Namun, bila tak bijak dalam berbelanja, masalah keuangan telah siap mengintai.
Agar dompet tetap "aman" dan pasangan tak melotot melihat banyaknya belanjaan Anda, simak tips berikut ini:
1. Carilah teman belanja yang hemat, bukan yang hobi "mengompori" Anda.
2. Hindari sering berbelanja beramai-ramai. Godaan untuk berbelanja lebih banyak datang pada kondisi ini. Melihat si A mengamati koleksi baju, si B mencoba sepatu, atau si C mematut diri dengan aksesori di depan kaca, akan membuat Anda mudah tergiur. Selebihnya, bila memungkinkan, berbelanjalah sendirian saja.
3. Jangan menjadikan acara pergi ke mal sebagai cara untuk menyegarkan pikiran (refreshing). Jika ini yang terjadi, Anda akan sering mendatangi tempat itu saat pikiran ruwet. Akibatnya, Anda akan memaklumi diri sendiri saat membeli sebuah barang. Meski harganya murah, tapi Anda bisa keterusan dan tak terasa bila dijumlahkan, uang yang dikeluarkan tetap besar. Akhirnya, Anda pulang dengan banyak jinjingan.
4. Cari cara berekreasi yang lain, misalnya ke museum, perpustakaan, atau sekadar menghabiskan waktu di rumah bersama pasangan, memasak bersama atau sambil menikmati hidangan kue dan minum teh hangat di depan teve.
5. Sebelum berencana membeli baju, buka dulu lemari baju Anda. Periksa lagi apakah Anda memang benar-benar tak memiliki jenis atau warna baju yang ingin dibeli atau tidak.
6. Kreatiflah memadu-padankan busana, sehingga Anda tak perlu sering-sering membeli baju. Kebanyakan perempuan merasa perlu membeli baju karena merasa tak punya baju untuk menghadiri acara tertentu. Padahal, sebetulnya dia punya, tapi malu bila memakai baju yang sama lebih dari dua kali.
7. Buat dan bawa catatan yang berisi barang-barang yang akan dibeli. Lalu, berdisiplinlah dengan hanya membeli barang yang tertera dalam daftar, agar acara berbelanja jadi terfokus.
8. Berbelanjalah saat Anda memang butuh membeli sesuatu. Faktor rekreasi hanya ditempatkan sebagai kegiatan sampingan, bukan acara utama.
Hasuna Daylailatu
KOMENTAR