"Bukan hanya orangtuanya saja yang deg-degan, kami juga tidak kalah stresnya," kata DR dr. Budi Santoso SpOG (K). Budi adalah salah satu ahli bayi tabung dari Klinik Fertilitas Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo dan Klinik Bayi Tabung Tiara Cita RS Putri Surabaya.
Dokter Bus, demikian sapaan akrabnya mengungkapkan, untuk ikut program bayi tabung biayanya tidak murah. Sudah begitu, pengharapan dari pasangan untuk mendapatkan momongan juga sangat tinggi. Ia pun ikut merasakan berat kala usahanya tidak berhasil. "Kalau mengalami hal seperti itu, kita segera kembalikan kepada kuasa Tuhan," katanya.
Bus menceritakan, ketika mempertemukan sel telur dengan spermatozoon, 90 persen berhasil. "Pergerakan embrio tersebut lincah banget. Nah, kegagalan itu sebagian besar terjadi ketika embrio yang ditanam di rahim si ibu tidak bisa tumbuh. Untuk melihat berhasil atau tidaknya, itu diketahui 12 hari sejak penanaman. Makanya, sepanjang waktu itu kami selalu berdoa semoga embrio bisa tumbuh," ujar Bus seraya menjelaskan, saat ini persentase keberhasilan bayi yang ditanganinya mencapaii 40,01 persen.
Saat paling mendebarkan baginya adalah ketika menyampaikan kepada pasangan tentang hasil pemeriksaan. Kalau berhasil, tentu suasana suka cita akan mewarnai. Tapi berat sekali ketika gagal. "Selama ini, tidak ada yang menangis ketika gagal," imbuh Bus yang di ruang praktiknya banyak terpajang foto bayi nan lucu. Merekalah bayi-bayi yang ia tangani lewat proses bayi tabung.
Gandhi
KOMENTAR