Ia bersama sejumlah teman lalu mendirikan Komunitas Nol Sampah (KNS) pada 2009. "Melalui KNS ini kami memberi edukasi ke masyarakat, mulai anak-anak sekolah sampai ibu-ibu di kampung tentang bahaya tas kresek, termasuk botol plastik kemasan," papar Hanie yang terjun sebagai aktivis lingkungan sejak 2007.
Dari hasil survei yang dilakukan bersama teman-temannya sesama aktivis, tanaman mangrove di kawasan pantai timur Surabaya yang baru ditanami banyak yang mati gara-gara sampah tas kresek yang menutupi pohon-pohon mangrove. "Mangrove kan sangat penting agar pantai tak mengalami abrasi. Dan tas kresek ini tampaknya sepele, padahal dampaknya buruk luar biasa," tegas Hanie.
Sebagai bentuk kepedulianny, ia dan KNS lalu mengadakan kegiatan sosial di area-area umum bertajuk "Rampok Tas Kresek". Bentuk kegiatannya, ketika ada orang yang melintas bawa bungkusan tas kresek, langsung dihadang dan tas kreseknya diminta lalu diganti dengan tas kain yang sudah disiapkan sambil memberi penjelasan. "Perlu diingat, yang kami 'rampok' cuma tasnya bukan isinya lho, ya," tukas Hanie sambil teratwa.
Tas kain itu dibuat dari kain bekas spanduk yang jahit rapi. Harapannya, masyarakat mau membiasakan diri berbelanja menggunakan tas kain yang dibawa dari rumah. Memang tak mudah mengubah kebiasaan masyarakat. "Kalau tidak sekarang, kapan lagi?"
Gandhi
KOMENTAR