Diva pun hampir selalu terlihat mengikuti ibundanya, Suciwati, dalam aktivitas perjuangan hak asasi manusia (HAM) atau penuntutan pengungkapan kasus kematian ayahnya. Begitu pula saat kuliah umum HAM bertajuk Melawan Lupa di Auditorium Pegadaian, Jakarta Pusat, Rabu (2/7/2014) malam kemarin dilaksanakan.
Tak sekedar menonton dan mengikut sang ibu, gadis yang saat ini duduk di kelas VII itu pun turut menyerukan penegakan HAM dan penegakan hukum atas kasus kematian Munir yang misterius. Malam itu, dengan mengenakan gaun mini berwarna ungu, Diva berdiri berdampingan dengan putra Widji Thukul, Fajar Merah, di atas panggung. Fajar menyanyikan lagu yang merupakan musikalisasi puisi-puisi Widji Thukul, sementara Diva membacakan puisi KH. A Mustofa Bisri yang dipersembahkan untuk Munir.
Halus dan lembut pembacaan puisi Diva. Meski demikian, suaranya mampu membuat hadirin di dalam ruangan tercengang. Tak ayal, saat ia selesai dengan puisi itu, tamu yang menyaksikan aksinya bertepuk tangan panjang.
Diva memang menyimpan banyak potensi di dirinya. Bukan hanya pandai berpuisi dan kerajinan tangan, Diva juga berbakat dalam bernyanyi seriosa. Bahkan Diva bertekad, ia ingin memperjuangkan kejelasan hukum sang ayah, bahkan kalau perlu hingga ke luar negeri. "Aku sih ndak (tidak) ingat apa-apa soal Abah. Tapi jelas lah, aku mau tahu soal (pelaku pembunuhan) Abah," ujar Diva.
Yetta Angelina / Sumber: Kompas.com
KOMENTAR