Saat tiba makan pagi pun saya jalani tanpa nafsu. Bukan soal menu sarapan yang hanya dua pilihan nasi goreng dan mi dengan lauk telur mata sapi. Tapi jika tak sarapan, dilema juga. Etape kedua ini kabarnya akan menguras energi lantaran rute diwarnai dengan tanjakan.
Hanya saja, kebiasaan yang saya alami, saya justru tersiksa jika naik kapal laut dengan perut terisi. Akhirnya saya ambil jalan tengah, tetap sarapan dengan porsi sedikit. Tentu dengan harapan rasa mual itu tidak berlebihan.
Ahhhh... Ternyata sama saja. Sepuluh menit di duduk di ruang eksekutif kapal, perut saya sudah mual. Kepala mulai kliyengan seiring kapal yang bergoyang-goyang.
Untuk membunuh waktu, saya mengisi kesibukan dengan membuat laporan untuk situs ini. Perut tetap mual, kepala rasanya bergoyang-goyang. Tapi saya tetap memainkan jempol di BB. Ya, memang dilema. Tapi perjalanan ini harus dilewati.
Krisna (wartawan Nova, peserta jelajah sepeda Jakarta-Palembang)
KOMENTAR