"Sebetulnya Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa. Yang namanya fast food dari luar negeri, sudah apsti kalah lah, mulai dari cita rasa, penampilan, hingga filosofinya. Tapi membuatnya memang cukup rumit, sehingga banyak yang enggan membuatnya. Pasarnya di Indonesia pun enggak banyak, tapi mungkin akan laku kalau dipasarkan di luar negeri," tutur Chef Hugo.
Salah satunya, kuliner khas Kerajaan Majapahit yang menarik minat Chef Hugo. Selain mengolahnya, Chef Hugo juga mengaku terlebih dulu melakukan penelitian tersendiri untuk bisa memahami seperti apa kuliner khas kerajaan Majapahit yang sangat termasyhur pada zamannya.
Kerajaan Majapahit merupakan satu satu kerajaan kuno di Indonesia, yang pernah Berjaya di tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa di Majapahti sejak tahun 1350 hingga 1389 M.
Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Budha terakhir yang menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya ditengarai terbantang mulai dari Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo (Kalimantan), Kepulauan Sulu, Manila (Salundung), hingga Indonesia Timur, kendati wilayah kekuasaannya ini masih banyak diperdebatkan.
Selain soal kekuasaannya, penelusuran kuliner Majapahit pun sangatlah menarik, meskipun susah sekali menemukan bukti autentik resep-resep tradisi keluarga Kerajaan Majapahit. Namun berita baiknya, di sejumlah prasasti yang ditemukan di era awal 900 Masehi hingga 940-an Masehi, termasuk sejumlah karya sastra lain yang menyebutkan tentang adanya makanan yang disajikan pada masa Majapahit bahkan sebelumnya, untuk acara-acara besar di masa itu.
"Sebetulnya kuliner khas Majapahit sangat mirip dengan kuliner Bali yang ada sekarang. Tak bisa dipungkiri karena keturunan Majapahit setelah Kerajaan itu hancur memang lebih banyak ada di Bali. Akhirnysa saya telusuri melalui bahasa yang mirip dan saya simpulkan. Seperti jukut harsyan, yang saya artikan sebagai sup bebek yang dicampur dengan potongan batang pisang muda."
Uniknya, kata Chef Hugo, di masa lalu saja orang Majapahit sudah tahu cara mengolah makanan yang baik dalam arti menambahkan bumbu atau bahan makanan lain agar dampak buruk dari makanan bisa dihilangkan. SAlash atunya, dengan mencampurkan batang pisang ke dalam sup daging bebek, di mana bebek dikenal mengandung kolesterol tinggi.
Selain itu, lanjut Chef Hugo, ada pula keunikan yang dilakukan para juru masak di zaman Majapahit untuk membuat aroma masakan semakin lezat dan menggugah selara. "percaya atau tidak, ada jenis masakan yang bumbunya pakai menyan. Tujuannya untuk menguarkan aroma pada masakan itu di masa lalu. Di Bali saya rasa masih bisa ditemukan masakan dengan bumbu pakai sejumput menyan, ya."
Chef Hugo juga memberi saran agar menyantap makanan tradisional Indonesia yang banyak bersantan dan berempah tak dibarengi rasa khawatir koleterol akan naik. Menurutnya, "Tiru saja orang zaman dulu yang suka makan lalapan mentah dan segar. Makan apa pun bisa dilengkapi dengan sambal dan lalapan. Tujuannya, supaya lemak yang dihasilkan dari daging-dagingan dan santan yang dikonsumsi bisa terikat oleh lalapan tadi dan dibawa keluar tubuh. Misalnya, makan daun-daunan dan mentimun," papar Chef Hugo yang belakangan ini memang lebih banyak bicara soal diversivikasi makanan serta mengolah makanan tradisional dan sehat.
Intan Y. Septiani
KOMENTAR