Ditemani kedua orangtua, kerabat, dan para pendampingnya dari Lembaga Perlindungan Anak Sumatera Barat, Kamis (24/4) silam, NPD (15) datang ke Polres Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, untuk memberikan keterangan pada polisi. Sepintas lalu, remaja berkulit putih yang tinggal di Jorong Koto Baru, Kenagarian Kubang, Kec. Guguak, Kab. Lima Puluh Kota ini tampak sehat dan baik-baik saja. Namun, bila ada sesuatu yang kurang berkenan di hatinya, emosinya bisa mendadak naik. Nada bicaranya pun berubah jadi galak.
Saat rombongan Wakil Bupati Lima Puluh Kota, Sumatera Barat datang mengunjunginya sore itu setelah ia pulang dari Polres, misalnya, mulanya NPD biasa saja. Ia bahkan bercengkerama dengan Wakil Bupati dan sempat menasihati agar pejabat tersebut membela kepentingan masyarakat. Tak lama, seseorang dari rombongan tamu yang berada di luar berdiri tepat di tengah pintu, menghadap ke arah NPD dan mengambil gambarnya dengan ponsel.
Sadar ada kilatan lampu kamera ditujukan padanya, seketika itu raut wajah NPD berubah. Ia gusar dan kata-katanya berubah ketus. Beberapa detik kemudian, ia tak sadarkan diri. Rombongan Wakil Bupati pun akhirnya hanya sebentar berkunjung.
Upik (52), ibu NPD dan beberapa kerabatnya langsung membacakan ayat kursi. NPD lalu kembali siuman. Sebelumnya, tepat sebelum mobil rombongan Wakil Bupati masuk ke halaman rumah milik kerabatnya, NPD juga mendadak pingsan saat sedang berjalan menuju pintu.
"Begitulah kondisinya sekarang, gampang pingsan, terutama kalau ada yang membicarakan kasus ini didepannya. Saya harus selalu ada disampingnya, biar kalau pingsan bisa langsung ditangkap, jadi kepalanya tidak terbentur lantai. Dia juga tidak membolehkan saya beranjak darinya meski sebentar," ujar Upik pelan sambil memandang NPD dengan nelangsa. Saat diperiksa polisi dan istirahat makan siang, ia empat kali pingsan.
Hingga akhirnya ia tidur malam itu, setidaknya sudah delapan kali NPD pingsan. Setelah ia tidur, bergantian Upik dan Yazid (66), suaminya, mengisahkan peristiwa yang menimpa anak mereka. Pada 18 Maret pukul 15.30 silam, NPD pamit pada kedua orangtuanya untuk belajar di rumah temannya. "Dia akan ke rumah temannya yang satu dulu, setelah itu ke temannya yang lain yang tinggal di asrama sekolah. Mereka akan belajar bersama," cerita Upik. Sebagai siswi kelas 3 MTSN, NPD memang sebentar lagi akan menghadapi UN.
Empat Hari Mencari
Dengan membawa ponsel, NPD berangkat dari rumah sederhana yang ditempati keluarganya. Baru setengah jam pergi, ia menelepon Yazid dan berteriak-teriak memanggil ibunya. Mendengar putrinya berteriak, pria yang sebetulnya berencana membawa NPD sekolah ke tempat kerjanya di Batam itu panik. Tahu ada yang tak beres, ia langsung naik motor untuk mencari NPD. Namun, NPD tak ditemukan baik di rumah teman-temannya maupun di asrama sekolah. Masyarakat sekitar pun tak tahu ke mana perginya remaja berambut panjang itu.
Malamnya, Yazid menemui wali nagari tak jauh dari rumah. Setelah menceritakan apa yang terjadi, wali nagari mengajaknya ke Polsek Guguak untuk melapor. "Laporan saya diterima, tapi tidak diketik. Katanya, kejadiannya belum 24 jam dan itu sudah biasa. Polisi juga bilang di mana dia diambil, biasanya di situlah dia dikembalikan. Kami diminta meronda," timpal Yazid yang lalu pulang dan meronda bersama warga kampung selama dua malam. Pada malam pertama itu, Yazid dan Upik bahkan menunggu NPD di sekolah sampai pagi, tapi hasilnya nihil.
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR