Entah apa yang ada di pikiran Priscila Davo Ortega (27). Saat akan memulai pelajarannya, Senin (3/3), ia merasa anak-anak didiknya itu tidak memerhatikan. Mereka asik bercanda satu sama lain dan terus cekikikan. Karenanya, ia merasa harus melakukan sesuatu untuk membuat mereka semua terdiam. Maka, terjadilah peristiwa penutupan mulut dengan selotip itu.
Menurut cerita salah satu murid, ia dan teman-temannya dipaksa berbaris dan kemudian Sang Guru menempelkan selotip ke mulut mereka satu per satu.
Bibir Berdarah
Beberapa dari mereka ada yang terpaksa merobek selotip karena kesulitan bernapas. Sampai-sampai, ada anak yang bibirnya mengalami pendarahan saking kuatnya daya rekat selotip itu. Tapi sia-sia, karena setelah Ortega mengetahuinya, ia menempelkan selotip yang baru.
Sepulang sekolah, beberapa anak langsung menceritakan kejadian itu pada orangtuanya. Seperti yang dikatakan Lisa Duffield, orangtua dari Ella (11) yang menjadi korban, "Saya benar-benar jijik ketika putri saya menceritakan apa yang dilakukan gurunya. Saat itu juga saya langsung pergi ke sekolah dan minta untuk berbicara langsung dengan Ian Bradbury,Kepala Sekolah."
Rob Lovell (33) yang puterinya juga menjadi korban dan mengalami pendarahan mengatakan, peristiwa itu berlangsung lumayan lama. Sekitar 25 menit. Cerita puterinya,Ortega melakukan itu sebagai sebuah "percobaan" untuk mengetahui seberapa lama ia dan teman-temannya mampu bersikap tenang.
Guru Diskors, Murid Trauma
Tapi, ketenangan yang Ortega dapatkan sepertinya hanya sesaat saja. Setelahnya, ia menerima begitu banyak kemarahan dan tuntutan dari para orangtua murid. Dan karena ulahnya juga, ia diskors mengajar hingga hasil penyelidikan kepolisian keluar.
Ian Bradbury mengatakan, "Kesejahteraan anak-anak lah yang terpenting bagi kami. Biarlahinsiden yang terjadi pada hari Senin menjadi pelajaran bagi kami dan para guru . Menyusul insiden itu, saya telah menangguhkan guru yang terlibat sampai penyelidikan usai."
Di sisi lain, pengalaman ini juga meninggalkan kesan buruk bagi para murid. Sebagian besar dari mereka menjadi takut dan trauma untuk kembali ke sekolah.
Awalnya Bercanda
Ortega sendiri berasal dari desa Huetor Santillan, dekat Granada, Spanyol. Sebelumnya ia bekerja sebagai pengasuh di London sejak November 2010 hingga Juni 2011. Setelah itu, iakembali ke Spanyol untuk menyelesaikan gelar master pendidikan menengahnya.
Pada Januari 2012, ia pernah ditempatkan selama sebulan di Danesfield. Dan barulah empat bulan kemudian, Mei 2012, ia resmi mengajar penuh di sana sebagai Guru Seni dan Bahasa Spanyol di sana.
Mengenai masalah ini, paman Ortega menjelaskan bahwa tindakan Ortega hanyalah candaan semata. Katanya, keponakannya itu sama sekali tidak bermaksud menyakita murid-muridnya. "Ia mencintai sangat pekerjaannya dan anak murid-muridnya," terang kerabat Ortega tersebut.
Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Apa yang dilakukan Ortega sudah melampaui batas dan ia harus mempertanggungjawabkannya sesuai hukum yang berlaku.
Ester/Dailymail.co.uk
KOMENTAR