Wendy Brownell, seorang guru pra-sekolah dan ibu dari tiga, sepanjang hidupnya telah berjuang dengan berat badannya sendiri. Dan ia tak ingin, pengalaman itu dialami anak-anaknya. Makanya ia berkeras hati tidak mengenalkan kepada mereka makanan cepat saji. Ia hanya mengenalkan buah juga makanan sehat lainnya.
"Junkfood sebenarnya makanan yang murah dan mudah didapat. Untuk mendapatkannya, Anda bahkan tidak harus keluar dari mobil atau rumah. Dan di sini (Australia, Red.), hal itu sudah membudaya."
Hampir di seluruh dunia, iklan makanan cepat saji diproyeksikan dengan citra sporty, tempat yang outdoorsy, dan penuh dengan orang-orang yang fit. Namun para ahli mengatakan, budaya kemakmuran dan kenyamanan ini justru memberi dampak satu dari dua warga Australia mengalami kelebihan berat badan. Dan itu pula yang membuat negara itu menjadi salah satu negara paling "gemuk" di dunia.
Padahal, Amerika saja, di tahun lalu sudah menunjukan kemunduran.
Menurut data dari OECD (Organisation for Economic co-Operation Development), Australia naik ke peringkat empat dengan peningkatan presentase hingga 28,3 di belakang AS, Meksiko, dan Selandia Baru.
Sedangkan studi dari State of Victoria Department of Human Services yang dilakukan tahun 2008 memperkirakan (tanpa intervensi yang efektif), 83 persen pria dan 75 persen wanita akan mengalami obesitas di tahun 2025.
Profesor Mike Daube, direktur Public Health Advocacy Institute, mengatakan, negara-negara maju lain telah bergerak lebih cepat untuk mengatasi obesitas. Sedangkan di Australia, pemerintahnya dianggap belum berusaha mengikuti tren itu.
Namun, Kay McNiece, juru bicara Departemen Kesehatan Australia, mengatakan, pemerintah telah berkomitmen untuk mengalokasikan dana sekitar A$932M atau Rp 10 miliar untuk program dan kampanye di media tentang pendidikan kesehatan dan mempromosikan hidup sehat. Untuk mendukung hal ini, mereka juga telah memperbarui aktivitas fisik dan pedoman diet pada masyarakat.
Ester
KOMENTAR