Padahal berdasarkan prediksi BMKG, mulai bulan Februari hingga Maret 2014 diperkirakan di ketiga wilayah tersebut akan makin kering karena curah hujan di bawah normal atau cenderung kering.
"Kondisi ini akan memicu pembakaran lahan dan hutan makin marak," ungkap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho kepada media, Rabu (12/2).
Sebagian besar titik api pembakaran hutan ilegal berada di sekitar jalan atau dekat dengan permukiman. Ini menunjukkan jika kobaran tersebut disengaja atau dibakar, baik oleh individu maupun kelompok yang ingin membuka lahan.
Akibat asap tebal itu, jarak pandang di Riau hanya 1 km saja (sejak awal Februari) bahkan pada Selasa (11/2) kemarin, jarak pandang mencapai kurang dari 500 meter saja.
Kondisi kabut asap pembakaran hutan diperparah bercampurnya kabut asap dengan awan fog (awan di permukaan tanah sebagai akibat penguapan yang tidak menghasilkan hujan, Red.) kemudian awan-awan tersebut turun hingga ke tanah.
Akibat dari jarak pandang yang sangat kurang, 3 penerbangan terlambat hingga 3 jam, yakni Garuda Indonesia, Lion Air, dan Air Asia.
"Bapak Kepala BNPB, Syamsul Maarif, telah memerintahkan semua aparat, khususnya di daerah harus tegas menegakkan hukum. Sudah banyak peraturan yang dibuat terkait kebakaran lahan dan hutan. Tetapi tidak dijalankan. Padahal kunci utama pengendalian kebakaran lahan dan hutan adalah di penegakan hukum," tandas Sutopo.
Dan, berikut sebaran titik api di beberapa wilayah Indonesia:
1. Riau = 243,
2. Aceh = 75,
3. Sumut = 74,
4. Sumbar = 40,
5. Jambi = 23,
6. Kalbar = 9,
7. Kalteng = 2,
8. Sumsel, Babel, Bengkulu, Kalsel = 1.
Beberapa potensi kebakaran juga berada pada kawasan konservasi, diantaranya:
1. 1 hotspot di TN Tesso Nilo Riau,
2. 2 hotspot di TN Gunung Leuser Sumut,
3. 1 hotspot di TN Gunung Leuser Aceh,
4. 1 hotspot di TN Berbak Jambi,
5. 5 hotspot di SM Giam Siak Kecil Riau,
6. 1 hotspot di SM Dangku Sumsel.
Laili
KOMENTAR