Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto, ada keganjilan yang ditemukan penyidik. "Saat dilakukan olah TKP, darah sudah dibersihkan. Korban juga tinggal sendiri di kamar lantai 2 namun saat meninggal dunia berada di lantai 1," ungkapnya kepadatabloidnova.com,
Senin (10/2). Selain itu, berdasarkan visum dokter yang memeriksa, kematian sang ustaz dikarenakan pukulan benda tumpul, bukan sayatan di leher, tangan (kanan-kiri) dan perut.
"Selain itu tidak ada barang yang hilang. Jadi sementara kita fokuskan pemeriksaan ke internal (keluarga)," ungkap Rikwanto.
Masih berdasarkan dokter yang memvisum, korban lebih dulu dipukul benda tumpul di kepala hingga meninggal dunia baru pelaku menyayat-nyayat bagian tubuh yang lain.
"Sementara masih diperiksa keluarga korban termasuk istri dan anak-anaknya. Namun ini masih dapat berkembang atau diperiksa kembali," tukasnya.
Berdasarkan luka yang terlalu banyak, tidak mungkin motif korban membunuh dirinya sendiri. Sangat kuat ada seseorang yang membunuh sang ustaz.
"Tapi kita belum ada dugaan pelaku. Semua kemungkinan bisa saja terjadi. Sepanjang ini kita periksa hubungan istri bagaimana, anak bagaimana, kaitan anak pertama,kedua dan ketiga. Ini masih didalami," tukasnya.
Selain hubungan dan komunikasi keluarga, polisi juga menjadikan soal lamaran sang anak yang rencananya digelar pada hari terbunuhnya ustaz Muslim.
"Kami tanyai soal waktu menikah, tanggal, kenapa dilakukan lamaran hari itu, tinggal dimana saja anaknya, dan sebagainya," ungkap Rikwanto memberi sedikit bocoran pemeriksaan kemrain.
Termasuk, diperiksa soal siapa yang membersihkan ceceran darah korban dan atas perintah siapa.
Namun karena kemarin (Minggu, 9/2/14) keluarga mendiang masih dalam proses duka maka rencananya hari ini baru dilakukan pemeriksaan. Menurut Rikwanto, kasus semacam ini bisa bermotif dendam, masalah keluarga, hutang piutang, warisan dan masalah lain.
"Namun sampai saat ini belum fokus yang mana," tandasnya.
Laili
KOMENTAR