"Untuk simulasi akan dilibatkan sekitar 300 sampai 400 personel polisi yang berperan sebagai polisi maupun perwakilan partai dan pengunjuk rasa," tandas Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto.
Simulasi yang digelar mulai pukul 9 ?pagi sampai 11 siang dilakukan untuk mengantisipasi kejadian tak diinginkan pasca Pemilu 2014 mendatang. Simulasi diawali dengan skenario pembacaan surat hasil pengitungan suara secara nasional.
"Nanti disitu, surat akan dibacakan komisioner KPU," ungkap Rikwanto.
Selain petugas KPU, seperti kenyataan di lapangan, prosesi pembacaan hasil hitungan suara juga dihadiri perwakilan partai. Sembari dibacakan, hasil hitungan suara akan ditayangkan melalui layar lebar atau monitor.
Kemudian, setelah pembacaan hitungan suara selesai dibacakan ada beberapa pihak yang tidak puas dan protes."Mereka protes mulai dari mengeluarkan kata-kata kasar, melempar dengan benda di sekitar, sampai berusaha serang petugas KPU," tandas Rikwanto.
Saat situasi memanas, anggota kepolisian berusaha membuat suasana tetap kondusif. "Jika tidak bisa, akan diambil tindakan tegas. Yakni, mengamankan komisioner dan petugas KPU yang akan dibawa anggota ke safe room. Kemudian, mengamankan pembuat rusuh, yang akan diambil orang yang memprovokasi lalu dibawa dengan mobil ke Polda Metro Jaya. Setelah situasi kondusif, baru petugas KPU dikeluarkan dan sidang Pemilu dilanjutkan," ungkap Rikwanto.
Selama simulasi berjalan, dipastikan tidak ada penutupan jalan di sepanjang jalan Imam Bonjol. "Namun di depan kantor KPU, arus lalu lintas akan sedikit melambat karena kanan kiri ruas jalan akan digunakan sebagai parkir kendaraan yang ikut simulasi," tukasnya lagi.
Selama simulasi juga tidak digunakan water canon seperti saat di Bawaslu. "Tapi nantinya (kenyataaan) kalau diperlukan, akan digunakan," ujarnya.
Selama simulasi, pengunjuk rasa juga diupayakan tidak sampai memakan badan jalan karena jumlah massa tidak sebesar saat simulasi di depan Bawaslu.
Laili
KOMENTAR