Kabar ditemukannya mayat dalam bagasi yang belakangan diketahui bernama Feby Lorita (32), Selasa (28/1) silam, di area parkir TPU Pondok Kelapa, Kelurahan Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, cukup menggegerkan masyarakat.
Malam itu juga sekitar pukul 22.00, kabar ini sampai ke telinga Evy (44), kakak Feby. "Tentu saja saya kaget sekali. Yang pertama kali mengabarkan adalah Hendrik, mantan suami Feby, lewat telepon," kisah Evy saat ditemui, Jumat (7/2).
Segera saja Evy menuju Polsek Duren Sawit untuk memastikan kabar ini. Evy langsung lemas, karena di sana sudah ada mobil Nissan March putih dengan nomor polisi F 1356 KA milik adiknya. "Di dalam mobil itu juga ada foto Feby. Untuk lebih memastikan, saya diminta ke RS Polri, tempat jasad Feby diautopsi."
Evy juga mendapat informasi dari petugas, adiknya menjadi korban pembunuhan. "Saat ditemukan, kedua tangan Feby dalam keadaan terikat dan ada luka tusukan di lehernya," ujar Evy. "Oleh petugas, saya juga diminta untuk tabah saat menyaksikan jasad Feby karena kondisinya sudah rusak. Sebenarnya saya sudah mencoba untuk siap mental. Namun saat melihat langsung, kondisinya jauh lebih menyedihkan. Wajahnya sudah tak bisa dikenali. Tapi saya lihat di punggungnya ada tato salib yang jadi ciri khas Feby," ujar Evy yang ketika itu mengaku langsung syok.
Selanjutnya, anak Feby yang saat itu tinggal bersama saudara-saudaranya di Bengkulu, juga didatangkan untuk keperluan tes DNA. Hasil tes membuat Evy yakin sudah, korban pembunuhan itu benar-benar Feby. "Feby dikremasi. Sebagian abunya ditabur di laut dan sebagian lagi dimakamkan di dekat pusara kedua orangtua saya di Bengkulu," imbuh Evy yang tampak tabah.
Ingin Pulang Kampung
Lantas, apa yang menjadi motif Feby jadi korban pembunuhan? Pekan lalu, masih belum ada kejelasan siapa pelaku pembunuh anak bungsu dari lima bersaudara itu. Namun Evy yang tinggal di kawasan Serpong ini segera teringat cerita Feby tentang pengalaman tak enak yang pernah menimpanya. Pada November tahun lalu, mobil putihnya itu sempat hilang.
"Feby cerita, dia akan menyelesaikan soal hilangnya mobil itu. Berkat bantuan temannya, akhirnya mobil itu bisa kembali setelah satu bulan. Lalu, mobilnya sempat dititipkan kepada saya. Rupanya, tempat tinggalnya tidak aman," kisah Evy.
Pelaku pencurian mobil yang disebut Ar itu, ternyata salah satu warga yang juga tinggal di apartemen yang sama dengan Feby, di Apartemen Cibubur Comfort. Setelah pelaku ditangkap, Feby sempat memfotokopi KTP pelaku dan memperbesarnya. "Sayangnya, kasus pencurian ini tidak dilaporkan ke polisi. Semula, saya menduga Ar lah salah satu pelaku pembunuhan, karena ada unsur dendam setelah dipermalukan Feby."
Selain itu, Evy juga mendengar cerita dari salah satu adiknya di Bengkulu yang mengabarkan keluhan Feby lewat telepon tanggal 21 Januari sekitar pukul 15.00. "Feby cerita sambil menangis, semua ban mobilnya dikempesin di area parkir tempat tinggalnya. Dia mengeluh, 'Siapa yang jahatin saya?' Kami sekeluarga menduga, itu bentuk teror untuk Feby.
Selanjutnya, polisi berhasil menangkap Ed yang diduga sebagai pelaku pembunuhan. Tersangka mengaku kesal lantaran Feby mengungkapkan kata-kata kasar sekaligus menolak cintanya. Soal kemungkinan adanya latar belakang asmara ini, Evy meragukannya. "Saya tidak percaya pengakuannya. Saya pikir ini bagian dari utang piutang."
Evy memang belum pernah bertemu langsung dengan Ed, tapi pernah mendengar namanya dari Feby. "Feby cerita, kenal Ed karena sama-sama tinggal di apartemen itu. Baru sekitar lima bulan Feby tinggal di sana. Mereka dekat karena Ed menawarkan kepada Feby untuk membisniskan mobilnya. Daripada mobil Feby menganggur, lebih baik disewakan. Ed yang mencarikan order-nya," kisah Evy.
Bahkan, menurut cerita Feby kepada Evy, "Adik saya juga dekat dengan istri dan anak Ed. Sering, kok, mereka main ke apartemen Feby. Bahkan, kalau Feby tidak di rumah, istri Ed dan anaknya suka main di kamarnya. Makanya, sewaktu olah TKP, ada celana dalam anak-anak di kamar itu."
Evy juga menjelaskan, istri Ed bekerja sebagai perawat dan anaknya sering ke kamar dan bermain bersama Febby. "Anak itu juga sering dibawa sama Feby," ungkap Evy sembari menjelaskan sepasang sepatu anak-anak yang juga ditemukan di mobil Feby.
Begitu dekatnya hubungan mereka, bahkan Feby tak keberatan meminjamkan uang kepada Ed. Bila dihitung, jumlahnya belasan juta rupiah. Salah satunya, uang itu digunakan untuk keperluan anak Ed berobat. Feby juga pernah menunjukkan bukti kuitansi dari dokter."
Belakangan, Feby mencoba menagih utang kepada Ed. Namun utang tak kunjung dibayar. "Feby pernah menunjukkan ke saya percakapan soal utang piutang itu di ponselnya. Mungkin saja Feby keras saat menagih dan membuat Ed sakit hati. Jadi saya yakin, bukan persoalan asmara. Terbukti, barang-barang milik Feby juga diambil pelaku, termasuk perhiasan dan komputer Feby."
Peristiwa yang tak mengenakkan itu lantas membuat Feby pernah mengutarakan keinginan untuk pulang kampung ke Bengkulu. "Saya bilang, kayaknya dia memang banyak masalah di Jakarta. Saya juga mendukung rencananya. Sekarang, dia memang benar sudah pulang kampung, tapi hanya abu jenazahnya," kata Evy dengan nada getir.
Bagi Evy, adiknya adalah sosok single parent yang tangguh. "Selama berumah tangga, Feby sudah mencari nafkah sendiri. Bahkan, dia yang menjadi penopang hidup keluarganya. Pernikahannya kandas karena banyak hal. Sekitar lima bulan silam, Feby sendiri yang mengurus perceraiannya. Dia cerita, sudah habis Rp7 jutaan untuk bayar berkas perceraian. Dia sering pasang status (BBM, Whatsapp dan Line) yang sedih," ungkap Evy seraya mengatakan, Feby sudah resmi menjanda.
Menurut Evy, adiknya memang sudah sering berantem dengan suaminya di tahun pertama pernikahan. "Ketika terjadi pertengkaran, anaknya dititipkan ke rumah saya. Ketika mereka berbaikan, anaknya diambil lagi. Saya sempat protes, karena sudah sayang pada anaknya, menggemaskan," tutur Evy sembari menjelaskan Febby adalah bungsu dari lima bersaudara pasangan mendiang Betty dan Achmad.
Evy juga mengenangkan masa indahnya selama bersama Feby. "Saya masih ingat betul saat menggendongnya semasa dia kecil. Jarak usia kami, kan, cukup jauh. Lulus SMA dia melanjutkan kuliah di jurusan desain di universitas swasta di Jakarta. Dia memang bercita-cita jadi desainer interior. Sejak kecil, dia memang suka hal-hal yang berbau seni. Sejak lulus kuliah di usia 24 tahun, Febby bekerja sebagai desainer interior di sejumlah perusahaan di Jakarta."
Menurut Evy, sang adik menikah lima tahun lalu. Setelah menikah, Febby sempat tinggal di Kota Wisata Cibubur, sebab kantor tempat Febby bekerja juga berada di wilayah Cibubur. "Setelah memiliki anak, dia lebih banyak mengerjakan proyek di rumah. Jadi dia bisa kerja di rumah," ungkap Evy.
Namun akibat persoalan keuangan suaminya, Febby menjual rumah di Kota Wisata Cibubur dan pindah ke apartemen Cibubur Village. "Uang muka pembelian apartemen itu hasil menjual rumah. Ketika itu, sebagian uang juga digunakan suaminya untuk menjalankan bisnis trading. Hendrik menjanjikan membantu cicilan apartemem. Namun karena sesuatu hal, cicilan itu tak sanggup terbayar."
Akhirnya, Febby pindah ke Apartemen Comfort di Cibubur. "Saya tidak tahu di apartemen itu dia menyewa atau beli. Selama tinggal di sana, yang saya perkirakan sejak September 2013, saya belum pernah tahu seperti apa," ungkapnya sedikit menyesal.
Kini, Evy dan keluarganya berharap bisa membesarkan Chacha, anak Feby hingga dewasa. "Kemarin Chacha menginap di rumah saya untuk keperluan tes DNA. Dalam kesempatan itu, saya pelan-pelan sambil menjelaskan ke Chacha bahwa ibunya sudah dikremasi. Artinya, ibunya tak akan kembali karena sudah berada di surga. Saya tidak tahu, apakah di usianya yang masih 4 tahun dia sudah memahami ungkapan saya atau belum."
Tapi menurut Evy, Chacha sangat dekat soal mamanya. "Terbukti, kemarin Chacha menyimpan foto-foto mamanya. Saya dan semua keluarga sepakat merawat dan mendidiknya menjadi anak baik."
Kapolresta Jakarta Timur Kombes Pol Drs Mulyadi Kaharni, Msi didampingi Kasubag Humas Kompol Sri Bhayangkari menjelaskan, kasus pembunuhan ini bermula dari ditemukannya jasad Feby di bagasi mobil Nissan March putih. Mobil dengan nomor polisi F 1356 KA ini diparkir di Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Kelapa, Kelurahan Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur. "Saat ditemukan Selasa (28/1), jasad korban sudah membusuk, sehingga sudah sulit dikenali," ujar Mulyadi.
Polisi pun segera melakukan pemeriksaan dan menemukan STNK atas nama korban. Feby juga punya ciri-ciri fisik berupa tato di punggung. Polisi melakukan autopsi sekaligus tes DNA untuk memastikan, jasad itu benar-benar Feby. Polisi melihat ada luka tusukan yang menunjukkan dugaan, Feby adalah korban pembunuhan.
Selanjutnya, polisi melakukan sejumlah pemeriksaan, salah satunya di tempat tinggal Feby di Apartemen Cibubur Comfort. "Ada salah satu saksi yang melihat seorang pria membawa aki mobil di tempat tinggal Feby. Ternyata, mobil milik Feby tidak ada akinya. Dari sanalah kecurigaan muncul," imbuh Sri.
Lewat kerja keras, polisi dengan cepat berhasil mengungkap kasus ini, tepat seminggu setelah jasad Feby ditemukan. Polisi menemukan jejak pelaku bernama Ed (24). "Dia kami tangkap di Pematang Siantar, Minggu (2/2). Ed kami kenakan Pasal 338 KUHP dan 365 KUHP. Motivasi korban membunuh adalah sakit hati karena ungkapan cintanya ditolak korban. Ia mengaku kesal karena dimaki-maki korban. Selain itu, juga ada motif ekonomi karena pelaku mengambil perhiasan korban berupa kalung, anting, cincin, ponsel, TV, dan komputer."
Selain Ed, polisi juga menetapkan Dan (28), kakak Ed, sebagai tersangka. Dan diduga membantu Ed membuang jasad Feby. Dan dijerat Pasal 365 juncto Pasal 55 dan 56 KUHP karena dianggap mengetahui dan turut terlibat dalam aksi ini.
Saat diperiksa petugas, Ed mengakui semua perbuatannya. Kepada wartawan yang menemuinya, Ed juga mengaku membunuh Feby lantaran kesal. Ed adalah tetangga Feby di Apartemen Cibubur Comfort. Ed mengaku membantu usaha rental mobil dengan cara mencarikan pelanggan. Diam-diam, Ed yang sudah beristri ini mencintai Feby.
Menurut Ed, Selasa (21/1), ia dan Feby janji bertemu di Pusat Grosir Cililitan, Jakarta Timur, untuk membicarakan bisnis rental mobil. Feby menjemput Ed menggunakan mobil Nissan March. Dalam perjalanan, Ed menyatakan cinta kepada Feby, tapi Feby menolaknya dengan kata-kata kasar. "Ia sempat mencakar saya di dalam mobil," tutur Ed. Inilah, yang menurut Ed, membuatnya marah. Ia lalu memukul mulut Feby sampai giginya tanggal.
Selanjutnya, Ed mengaku minta maaf dan ingin berbaikan kembali. Bahkan, ia juga berjanji akan membiayai pengobatan Feby. Selanjutnya, mobil menuju rumah kerabat Ed di Perum Puri Citayam Permai II, Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Sampai di sana sekitar jam 01.00 dini hari. "Tapi rumahnya kosong. Kami sempat tidur di sana, tapi berbeda kamar," tutur Ed.
Sekitar jam 04.00, mereka bertengkar lagi. Sampai akhirnya, Ed membunuh Feby dan menyembunyikan jenazahnya di bagasi mobil. Kesaksian Ed inilah yang kemudian diragukan kebenarannya oleh Evy. "Apa mungkin setelah Feby dipukul dalam mobil yang mengakibatkan giginya copot, ia mau diajak damai? Apa mungkin Ed sanggup membiayai pengobatan Feby, padahal ia sendiri punya utang jutaan rupiah kepada Feby? Saya tetap menduga, pembunuhan ini sudah direncanakan sebelumnya. Saya pikir, pelakunya juga tidak hanya Ed, tapi ada orang lain lagi."
Henry Ismono, Laili Damayanti
KOMENTAR